PBB: Laut Terancam Berubah Jadi Sup Plastik

PBB: Laut Terancam Berubah Jadi Sup Plastik
Sampah di Laut Karibia. Foto: @storyful

jpnn.com - Pekan ini masyarakat internasional merayakan World Environment Day dan World Oceans Day secara berurutan. Yakni, 5 dan 8 Juni. Untuk kali pertama, PBB merilis laporan tentang bahaya plastik bagi lingkungan hidup.

”STOP mencemari laut dengan plastik,” tegas Sekjen PBB Antonio Guterres dalam pidato World Oceans Day pada Jumat (8/6), sebagaimana dikutip NHK World.

Tiap tahun sekitar 8 juta ton sampah plastik sampai ke lautan dan menjadi polutan. Tidak hanya membuat makhluk penghuni laut menderita, polutan yang tidak bisa terurai atau membusuk itu juga merusak ekosistem.

Dalam pidatonya, Guterres mengimbau masyarakat internasional segera mengubah cara pandang terhadap plastik. Bahwa plastik adalah ancaman bagi kehidupan. ”Jangan bergantung pada plastik,” kata diplomat asal Portugal tersebut.

Earth Day melaporkan, 2 juta tas dan kantong plastik didistribusikan ke toko-toko di seluruh dunia tiap menit. Padahal, untuk memproduksi tas dan kantong plastik yang lantas berakhir di perut paus, anjing laut, dan lumba-lumba itu dibutuhkan sekitar 10 persen pasokan minyak di dunia.

Di Amerika Serikat (AS), hanya empat kota yang masih menerapkan kebijakan denda kantong plastik atau tas plastik berbayar. Yakni, Washington DC sejak 2009, San Francisco sejak 2007, Seattle sejak 2012, dan Boston sejak tahun ini.

Di luar AS, ada negara yang kebijakan pemakaian plastiknya patut dijadikan teladan. Yakni, India (khusus Kota Karnataka), Kenya, Cile, Inggris, Australia, dan Tiongkok.

Kini masyarakat Benua Biru sedang getol membahas pemakaian alat-alat plastik sekali pakai. Misalnya, sendok, garpu, pisau, piring, gelas, dan sedotan.

Bersamaan dengan World Environment Day dan World Oceans Day, untuk kali pertama PBB merilis laporan tentang bahaya plastik bagi lingkungan hidup

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News