PDIP dan Jokowi Sebagai Juru Bicara Wong Cilik

PDIP dan Jokowi Sebagai Juru Bicara Wong Cilik
Bendera PDIP. Foto: dokumen JPNN

Meski begitu, Heru mengatakan tidak semua representasi Soekarno yang merupa dalam tindakan Joko Widodo.

“Salah satu hal yang identik dengan Soekarno dan tidak ada pada Joko Widodo: pidato yang berapi-api dan penuh seruan. Apakah itu membuat ingatan kolektif tentang Soekarno jadi lenyap tiba-tiba dari sosok Joko Widodo? Tidak. Meneruskan Soekarno tentu bukan dengan cara meniru mentah-mentah. Apalagi hanya sekedar meniru gaya pakaiannya,” katanya.

Soekarno, dengan alasan yang politis, pernah menolak rock and roll. Tapi, Jokowi tentu tidak melihat itu sebagai hal krusial, baik dalam perjuangan Soekarno ataupun dalam konteks politik hari ini. Soekarno punya beberapa istri dan bukan itu yang menjadi acuan Joko Widodo dalam membangun kharismanya.

Ia lebih memilih cara yang lain: menjadi ayah yang tidak membiarkan anak-anak “membuat negara” dalam Istana. Soekarno mempunyai jasa dalam membangun berbagai ruang publik di “pusat” negara. Dan Jokowi memilih tonggaknya melalui pembangunan infrastruktur di berbagai “pinggiran” negeri.

Heru menambahkan perjuangan melawan ingatan negatif yang ditanamkan Orde Baru terhadap Soekarno, bukanlah perjuangan mengimitasi Soekarno. Joko Widodo bukanlah peserta lomba mirip Soekarno. Tentu, Soekarno bukan malaikat. Ada yang tak perlu dilanjutkan darinya, tapi itu bukan berarti sekumpulan jasanya terhadap negeri ini mesti dilupakan sebagaimana yang dilakukan Soeharto.

“Perjuangan membangkitkan ingatan tentang Soekarno, pada gilirannya, tak bisa dilepaskan dari memilih bagian-bagian terbaik dari perjalanan hidupnya,” katanya.

Menurutnya, ada begitu banyak yang bisa diambil dari Soekarno dan kita di zaman ini tak ada hambatan untuk mereproduksi dan menjadikannya sebagai bagian dari kontestasi politik. PDIP, lewat Joko Widodo, tampak berusaha menghadirkan ingatan atas Soekarno yang “berkeringat bersama rakyat”.

“Dalam sisi ingatan kolektif, budaya politik Joko Widodo turut menjadi pengampu ingatan kolektif terhadap Soekarno. Representasi Soekarno dalam PDIP tak lagi di sekitar tubuh partai, tetapi terus menyebar ke tubuh negara,” katanya.(jpnn)


Perjuangan melawan ingatan negatif yang ditanamkan Orde Baru terhadap Soekarno, bukanlah perjuangan mengimitasi Soekarno.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News