PDIP Desak Pemerintah Rehabilitasi Nama Bung Karno dan Meminta Maaf kepada Keluarga

PDIP Desak Pemerintah Rehabilitasi Nama Bung Karno dan Meminta Maaf kepada Keluarga
Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah bersama kolega separtainya, Andreas Hugo Pareira memanjatkan doa di sel penjara Bung Karno di Banceuy, Bandung, Selasa (8/11). Foto: Fathan

Meski demikian, Basarah tetap menyampaikan terima kasih kepada Presiden Jokowi yang dalam pidato kenegaraannya yang menegaskan kesetiaan Bung Karno terhadap bangsa dan negara dari masa era prakemerdekaan maupun setelahnya.

Basarah menganggap Presiden Jokowi sudah menghapuskan tuduhan yang pernah diberikn oleh TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967 mengenai dugaan pengkhianatan Bung Karno kepada bangsa dan negara melalui dukungan pemberontakan pada G30S PKI 1965 lalu.

“Pak Jokowi katakan tidak terbukti karena telah diberikannya gelar pahlwan nasional pada Bung Karno, di mana syarat di dalam UU teresebut seorang tokoh nasional, tokoh bangsa dapat memperoleh gelar pahlawan nasional salah satunya tidak pernah berkhianat pada bangsa negara, maka dengan telah diberikannnya gelar pahlawan nasional oleh Presiden SBY pada 2012 lalu, sesungguhnya tuduhan yang telah diberikan oleh TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967 itu tidak terbukti,” jelas dia.

“Oleh karena itu, sekali lagi kami ucapkan terima kasih pada Presiden Jokowi yang telah memberikan penergasan, pendidikan politik pada bangsa Indonesia betapa seorang Proklamator Bangsa, Pendiri Bangsa, Bapak Bangsa, betul-betul seorang patriotik sejatik, yang setia sampai akhir hidupnya pada bangsa dan negara Indonesia. Kita tunggu babak sejarah selanjutnya, agar proses rehabilitasi nama baik Bung Karno dapat dilakukan,” tegas Basarah.

Sementara itu, politikus PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira menilai pernyataan Presiden Jokowi yang menegaskan kepahlawanan Bung Karno sudah tepat, tetapi perlu diikuti langkah yang tepat.

Dia menyampaikan banyak pemimpin negara di dunia ini yang menyampaikan permintaan maaf atas peristiwa buruk pada masa lampau.

Anggota DPR RI itu mencontohkan Kaisar Jepang Hirohito yang meminta maaf kepada rakyat Korea Selatan dan China.

“Juga terakhir bagaimana Raja Belanda menyampaikan permintaan maaf kepada Indonesia berkaitan dengan peristiwa-peristiwa di masa revolusi. Karena itu saya kira permintaan maaf itu penting karena ini akan berkaitan dengan bagaimana penulisan-penulisan sejarah buku-buku sejarah dan itu saya kira baik untuk pendidikan, untuk generasi muda. Itu sangat penting karena pengakuan itu harus diikuti dengan literasi-literasi sejarah bangsa ini,” jelas dia. (Tan/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Basarah menilai saat ini merupakan momentum terbaik bagi negara menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang menghargai jasa para pahlawan.


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News