Pecahan Roket RRT Jatuh di Kampungnya Buya Hamka dan Bekas Ibu Kota RI

Pecahan Roket RRT Jatuh di Kampungnya Buya Hamka dan Bekas Ibu Kota RI
Aparat kepolisian dan warga memperlihatkan lempengan bekas pecahan roket Longmarch/Chang-Zheng 3 yang jatuh di Nagari Kototinggi, Gunuang Omeh, Limapuluh Kota, Sumbar, kemarin (19/7). Foto: Fajar/Padang Ekspres/JPNN.com

“Ya, kemungkinan banyak serpihannya. Karena ukuran awal diperkirakan silinder diameter 3 meter dan tinggi 5 meter, dengan motor roket di dalamnya,” kata Syafrijon.

Dia memastikan, lempengan baja yang ditemukan di Kototinggi dan bekas tabung bahan bakar roket yang jatuh di Maninjau memang merupakan serpihan roket roket Longmarch/Chang-Zheng 3 milik Republik Rakyat Tiongkok.

Roket tersebut sepuluh tahun silam digunakan Tiongkok untuk meluncurkan satelit navigasinya ke antariksa.

Ini juga disampaikan bos Syafrijon, yakni Kepala Lapan Pusat Profesor Thomas Djamaludin yang dihubungi tadi malam.

“Sampah antariksa yang jatuh di Sumbar dan ditemukan pada dua titik, kemarin (di Maninjau) dan hari ini (di Kototinggi), memang merupakan bagian dari tabung bahan bakar roket peluncur satelit navigasi RRT,” kata Thomas.

Profesor jebolan Kyoto University ini menyebut, sampah roket RRT yang ditemukan di Sumbar saat ini, sebelum jatuh ke bumi berukuran besar.

“Diameter sekitar 3 meter, panjang sekitar 5 meter. Kemudian, tiap tabung itu di dalamnya ada motor roket. Waktu masuk ketinggian sekitar 120 kilometer, ia pecah. Pecahannya tersebar di sekitar daerah itu. Mungkin sebagian ada yang masuk ke air atau masuk ke hutan,” beber Thomas Djamaludin.

Bagaimana jika sampah antariksa itu jatuhnya menimpa penduduk atau merusak permukiman? Menurut Thomas, kalau sampah antariksa yang jatuh ke bumi menimbulkan kerugian, negara terdampak bisa menuntut negara pemilik sampah antariksa tersebut.

Lagi, pecahan roket Longmarch/Chang-Zheng 3 milik Republik Rakyat Tiongkok, jatuh di wilayah Sumatera Barat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News