Pecel Impor

Oleh Dahlan Iskan

Pecel Impor
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Saya pun waswas. Jangan-jangan cabainya juga impor. Jangan-jangan daun jeruk purutnya juga impor.

Begitu juga asam jawanya. Dan kencurnya. Dan garamnya. Dan gula merahnya –itulah nama-nama bumbu pecel.

Alhamdulillah cabainya ternyata masih dari Kediri. Daun jeruk purutnya masih dari Tulungagung. Dan asam jawanya masih dari Kupang, NTT. Seharusnya orang NTT protes kenapa asamnya masih disebut asam jawa.

Hanya gulanya yang harus hati-hati. Gula merah zaman sekarang ternyata sudah banyak yang dibuat dari gula rafinasi –yang impor itu. Warna merahnya hanya campuran.

"Kalau yang saya pakai ini masih asli. Membelinya memang harus hati-hati. Kalau yang merahnya cantik itu bahan bakunya gula rafinasi," ujar pimpinan pabrik itu.

Produksi pecel di pabrik tersebut mencapai 30 ton sebulan. Saya bangga. Ternyata masih banyak yang suka pecel.

Saya pun melihat sebuah tronton merapat ke depan gudang. Tronton itu akan memuat pecel. Ups... Pecel kok sebanyak satu tronton.

"Itu jurusan Jakarta," ujar I Ketut Ciptawan Wathin, penerus pemilik pabrik pecel itu.

Saya tidak membayangkan bahwa pecel zaman sekarang kacangnya impor: dari India atau bahkan Afrika. Maka sekarang ini kalau lagi makan pecel rasanya serasa ikut makan devisa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News