Pelajar di Takalar Dikenalkan Cara Beretika di Media Sosial

Pelajar di Takalar Dikenalkan Cara Beretika di Media Sosial
Sebanyak 11.878 pelajar di SD dan SMP di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, diberikan edukasi tentang etika di media sosial. Foto: GNLD Siberkreasi

jpnn.com, TAKALAR - Sebanyak 11.878 pelajar di SD dan SMP di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, diberikan edukasi tentang etika di media sosial. Edukasi digital itu disampaikan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

Kaprodi Ilmu Administrasi Publik Fisip Unpar Bandung Trisno Sakti Herwanto mengatakan dalam berhubungan dengan orang lain di dunia digital, harus menggunakan etika, ramah dalam berbahasa, dan juga cerdas.

“Kita harus saling menjaga dan peduli, bukan suka memamerkan atau mengejek. Selain itu, sebagai Bhineka Tunggal Ika, kita seharusnya bisa menghargai perbedaan. Kita harus menghargai hal-hal yang biasa dan juga menggunakan bahasa Indonesia dengan sopan dan ramah,” kata dia dalam siaran pers yang diterima.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Takalar Muhammad Nurdin mengatakan budaya bermedia digital adalah kemampuan individu untuk membaca, menganalisis, memeriksa, dan memperluas wawasan kebangsaan, serta memegang nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

Karena itu, perlu digunakan budaya sebagai filter dan pedoman dalam menerima informasi serta berinteraksi di dunia digital.

“Nilai utama kita dalam membangun ruang digital yang aman dan etis bagi setiap pengguna media sosial. Budaya kita sebagai orang Indonesia adalah menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu caranya adalah dengan menjadi teliti dalam memeriksa informasi sebelum kita menyebarkannya,” jelasnya.

Konsultan Teknologi Informasi Eka Y. Saputra mengenalkan sisi negatif dari dunia digital yang kerap dialami oleh anak-anak, yakni perudungan. Dia menjelaskan baik itu cyberbullying maupun predator cyber sama-sama menyakiti, mengancam, dan merupakan perilaku jahat.

Namun, untuk predator cyber, dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak.

Perlu digunakan budaya sebagai filter dan pedoman dalam menerima informasi serta berinteraksi di dunia digital.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News