Pelaku Bom Bandara Kabul Akhirnya Rasakan Pembalasan Amerika

jpnn.com, KABUL - Pasukan Barat yang tengah menjalani misi evakuasi di Afghanistan bersiap menghadapi serangan berikutnya pada Sabtu setelah AS mengeklaim telah membunuh seorang "perencana" ISIS lewat serangan pesawat nirawak (drone).
Serangan AS itu dilakukan dua hari setelah afiliasi ISIS di Afghanistan mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom di luar bandara Kabul.
Dari 92 korban tewas dalam ledakan bom bunuh itu, 13 di antaranya adalah tentara AS.
Peristiwa itu menjadi insiden paling mematikan bagi pasukan AS di Afghanistan dalam satu dekade terakhir.
"Indikasi awalnya adalah kami membunuh target. Kami tahu tak ada korban dari warga sipil," kata pihak militer AS tentang serangan drone itu dalam sebuah pernyataan.
Komando Pusat AS mengatakan serangan tersebut dilakukan di Nangarhar, provinsi sebelah timur Kabul yang berbatasan dengan Pakistan.
Tidak disebutkan apakah target serangan itu terlibat dalam ledakan bom di bandara.
Warga Jalalabad, ibu kota Nangarhar, mengatakan mereka mendengar sejumlah ledakan dari serangan udara pada Jumat (27/8) sekitar tengah malam.
Serangan AS itu dilakukan dua hari setelah afiliasi ISIS di Afghanistan mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom di luar bandara Kabul.
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- 'Indonesia First’ demi RI yang Berdikari di Tengah Gejolak Dunia
- Inilah Dampak Perang Dagang Tarif Resiprokal AS vs China Bagi Indonesia
- Bea Cukai Dukung Ekspor Perdana 273 Kg Teripang Susu Putih Asal Minahasa Utara ke AS
- Rambah Pasar Amerika Serikat, OKX Luncurkan Bursa Kripto Terpusat & Dompet Crypto Web3