Pelaku Bom Bandara Kabul Akhirnya Rasakan Pembalasan Amerika

Namun, belum jelas apakah suara ledakan itu berasal dari drone AS.
Gedung Putih mengatakan beberapa hari mendatang akan menjadi operasi evakuasi AS yang paling berbahaya.
Pentagon menyebut AS telah mengevakuasi 110.000 orang dari Afghanistan dalam dua minggu terakhir.
Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan AS yakin masih ada ancaman "spesifik dan kredibel" terhadap bandara Kabul setelah ledakan bom terjadi di salah satu gerbang bandara tersebut.
"Kami tentu siap dan memperkirakan berbagai upaya yang akan datang," kata Kirby kepada pers di Washington. "Kami tengah memantau ancaman ini, (yang) sangat, sangat spesifik, jelas secara terus menerus."
Akibat adanya ancaman keamanan, Kedutaan Besar AS di Kabul memperingatkan warga Amerika untuk menjauhi bandara dan mereka yang berada di gerbang-gerbang bandara diminta untuk segera meninggalkan tempat itu.
AS dan pasukan sekutunya sedang bergegas menyelesaikan evakuasi warga negara mereka dan warga Afghanistan yang rentan sebelum Selasa (31/8), tenggat yang ditentukan Presiden Joe Biden untuk menarik pasukan dari negara itu setelah dua dekade berperang dengan Taliban.
Sementara ribuan orang telah dievakuasi, jumlah mereka yang tak bisa meninggalkan Afghanistan jauh lebih banyak.
Serangan AS itu dilakukan dua hari setelah afiliasi ISIS di Afghanistan mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom di luar bandara Kabul.
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- 'Indonesia First’ demi RI yang Berdikari di Tengah Gejolak Dunia
- Inilah Dampak Perang Dagang Tarif Resiprokal AS vs China Bagi Indonesia
- Bea Cukai Dukung Ekspor Perdana 273 Kg Teripang Susu Putih Asal Minahasa Utara ke AS
- Rambah Pasar Amerika Serikat, OKX Luncurkan Bursa Kripto Terpusat & Dompet Crypto Web3