Pemain Timnas U-23 Korut, Misterius dan Sering Mengejutkan

Pemain Timnas U-23 Korut, Misterius dan Sering Mengejutkan
Dua pemain Timnas Korut, Jo Kwang-myong (kiri) dan O Chol-hyok berbincang dekat makanan dan minuman yang dihadiahkan suporter di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor (27/4). Foto:: Farid S. Maulana/Jawa pos

Tapi, itulah Korut. Sebagaimana sepak terjang mereka di politik internasional, begitu pula mereka di lapangan hijau. Agak misterius dan sering mengejutkan.

Yang terjadi di Panmunjom pada hari yang sama timnas U-23 Korut bertanding dengan timnas U-23 Uzbekistan misalnya. Pemimpin Korut Kim Jong-un –yang selama ini begitu keras kepala dan doyan meneror lewat uji coba misil– dengan hangat bertemu Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. Bahkan, Jong-un rela jadi pemimpin Korut pertama yang menginjak wilayah Korsel sejak Perang Korea berakhir pada 1953.

Begitu pula halnya di lapangan hijau. Tak punya kompetisi yang ajek, tertutup terhadap liga luar, dan sangat jarang menggelar uji coba internasional, toh Korut bisa dua kali lolos ke Piala Dunia. Yang pertama, pada 1966, bahkan sampai ke perempat final.

Kejutan dalam angle dan skala berbeda juga mereka hadirkan di Anniversary Cup. Saat melawan Uzbekistan dan Indonesia, sejumlah pemain mereka turun ke lapangan mengenakan sepatu Nike, apparel yang berbasis di Amerika Serikat (AS), negeri yang pernah dicap rezim Jong-un sebagai ”agresor imperialis”.

”Sudah biasa. Tidak apa-apa (pakai produk perusahaan asal AS),” kata Kim Chung Sin yang saat dua hari ditemui Jawa Pos (26 dan 27 April) juga memakai polo shirt bermerek Adidas.

Kim Chung Sin menjelaskan, di negaranya sekarang ini sudah bukan hal tabu memakai apparel luar negeri. ”Tapi, bukan berarti untuk keperluan lain kami tidak bisa pakai merek luar,” jelasnya.

Apakah ada hubungannya dengan rencana pertemuan Kim Jong-un dengan Presiden AS Donald Trump di akhir bulan ini? Entahlah. Yang pasti, dalam laporannya yang cemerlang di Bleacher Report pada Desember tahun lalu, James Montague menggambarkan detail propaganda melawan AS yang dia lihat di jalanan Pyongyang.

”Iklan dilarang di Korut, kediktatoran komunis terakhir, tapi tiap sudut jalan penuh dengan billboard yang memuji program misil pemerintah dan mengutuk AS sebagai imperialis,” tulis Montague dalam laporan panjangnya bertajuk Inside the Secret World of Football in North Korea itu.

Para pemain Timnas U-23 Korut (Korea utara) membatalkan rencana jalan-jalan karena hanya meraih hasil imbang melawan Uzbekistan di Anniversary Cup 2018.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News