Pemilik Bisnis di Kawasan Regional Australia Sangat Berharap Backpacker Segera Kembali

Pemilik Bisnis di Kawasan Regional Australia Sangat Berharap Backpacker Segera Kembali
Pemilik bisnis di kawasan regional Australia berharap para backpacker segera kembali untuk mengisi kekosongan pekerja di sektor pariwisata dan pertanian. (ABC News: Brian Hurst )

Per tanggal 15 Mei, sudah ada 32.796 backpacker internasional yang sudah berada di Australia, peningkatan 40 persen sejak perbatasan internasional dibuka 22 November lalu.

Namun 46.100 pemegang  visa bekerja sambil berlibur yang dikenal dengan nama WHV masih belum datang ke Australia.

Perlunya perubahan kebijakan visa

Petani pemilik lahan Mic Fels meyerukan adanya aksi segera dari pemerintah yaitu gugus kerja darurat untuk mempercepat proses pengeluaran visa bagi pekerja terampil.

Kepala bidang petani gandum di Asosiasi Petani Australia Barat tersebut mengatakan rekan-rekan petani lain sekarang sangat khawatir karena pekerja penuh waktu mereka sebelumnya sekarang setelah pandemi berlalu pindah ke industri lain yang memberi bayaran lebih tinggi seperti pertambangan dan bisnis konstruksi.

Dia mengatakan yang lainnya berhenti karena mereka sudah jenuh bekerja karena selama ini mereka bekerja terlalu berat karena tidak ada pekerja lain yang membantu.

"Pemilik lahan ini dulunya selama dua tahun harus bekerja keras dan bertahan hidup, namun sekarang mulai kehilangan pekerja penuh waktu sementara pengganti mereka tidak tampak akan muncul," katanya.

 

Pemerintahan baru di Australia sudah memiliki rencana untuk menutup kekurangan pekerja tersebut, dengan memperbaiki sistem Pergerakan Buruh Pasifik (PALM), dengan perbaikan kondisi bagi mereka untuk bisa datang namun menurut Fels para pekerja tersebut besar kemungkinan tidak akan memiliki keterampilan yang dibutuhkan bekerja di ladang pertanian lahan besar.

Membangun kembali reputasi Australia di mata para orang tua dari backpacker akan bisa membuat anak-anak muda dari seluruh dunia kembali mengunjungi Australia setelah pandemi

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News