Pengabdian Tanpa Batas si Perawat Cantik Najemah di Daerah Terisolir

Pengabdian Tanpa Batas si Perawat Cantik Najemah di Daerah Terisolir
Para bidan honorer di Kolut yang sedang menuju ke rumah pasien. Foto: Muh Rusli/Kendari Pos/JPNN.com

Akses setapak berdinding bukit dan jurang yang curam. Sehingga kalau tidak hati-hati bisa sangat berbahaya buat keselamat mereka.

Namun, semua tantangan itu mereka hadapi dengan semangat pengabdian. Istilahnya, mereka rela bertaruh nyawa mendaki bukti dan menyeberangi jurang curam demi menyelamatkan pasien yang ada di kampung tersebut.

Sungguh dedikasi dan pengabdian tanpa batas yang patut diteladani. "Masyarakat di sana (desa Tototuo) sangat membutuhkan perawatan medis. Kami lakukan semua ini demi kemanusiaan," kata Najemah.

Memang tak bisa dibayangkan, jika Najemah dan kawan-kawan tak rutin datang di desa yang berpenghuni seratusan orang itu. Sebab, tak ada pelayanan medis di situ.

Kalau ada warga yang sakit harus menunggu hari pasar di kecamatan untuk cek kesehatan dan membeli obat.

Itupun hanya sekali sepekan dan medan yang dilalui juga sangat berbahaya untuk sampai di pasar tersebut. "Itulah salah satu alasan, sehingga kami terketuk untuk mengabdi di sini dengan segala konsekuensinya," ujarnya.

Untuk sampai ke Torotuo, ada dua jalur yang bisa ditempuh, yakni bisa melalui rute lurus dari ibu kota kecamatan Rante Angin. Kira-kira bisa 5 jam ditempuh dengan jalan kaki.

Bisa juga mengitari bukit perkampungan Desa Raodah Kecamatan Lambai menggunakan roda dua, tapi di ujung kampung harus berjalan kaki, kurang lebih sejam lamanya. Nah, alternatif kedua inilah yang digunakan Najemah bersama dua rekannya.

Desa Torotuo Kecamatan Rante Angin di Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara, tergolong daerah terisolir. Tidak ada Puskesmas apalagi perawat yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News