Pengamat Husein Sawit Dinilai Gagal Paham Soal Pangan

Pengamat Husein Sawit Dinilai Gagal Paham Soal Pangan
Pengamat Kebijakan Publik, Razikin Juraid. Foto: Humas Kementan

Lebih lanjut Tim Formatur Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah ini menegaskan fakta beras di dalam negeri melimpah yakni terlihat dari stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang sebagai barometer nasional akhir-akhir ini 50.000 ton. Sementara data sebelumnya, dengan stok hanya 20.000 ton saja sudah cukup memenuhi kebutuhan pasokan.

"Ini kan bukti otentik yang sangat kuat akan kinerja perberasan nasional positif. Persoalan beras jangan dibawa-bawa ke arah politik ya. Jangan bilang pelik kalau kitanya tidak beres atau tidak objektif mengamati sesuatu," tegasnya.

Bukti lainnya, sambung Razikin, berdasarkan data Bulog, stok beras saat ini cukup bahkan berlebih. Adapun kenaikan harga beras saat ini karena adanya anomali pasar, di mana ada oknum yang menjual beras jenis premium padahal sebenarnya jenis medium, sehingga ini menjadi penyebab kenaikan harga.

"Urusan ini kita serahkan ke Satgas Pangan. Terkait keputusan impor beras, tentu sudah jelas itu bukan kebijakan Kementan, tapi diputuskan dalam Rakor Kemenko Perekonomian kemudian dilakukan Kemendag. Yang jelas produksi beras kita melimpah, artinya kinerja Kementan berhasil," ujarnya.

Berangkat dari ini semua, Razikin sangat menyayangkan Pengamat Ekonomi Pertanian, Husein Sawit dalam menilai kinerja perberasan gagal mengendalikan impor dan harga. Padahal, sebagai pengamat pensiunan Kementan, seharusnya bisa jujur mengakui kinerja perberasan.

"Ini bukti kinerja produksi meningkat dapat konfirmasi dari pertumbuhan PDB pertanian pada 2017 sebesar Rp. 1.344 triliun naik Rp. 350 triliun dari tahun 2013 sebesar Rp. 995 triliun sumber data surat resmi BPS," sebutnya.

Selanjutnya, dari data BPS, ekspor pertanian melonjak pada 2017 sebesar Rp. 441 triliun, naik 24,5 persen dibandingkan 2016 sebesar Rp. 385 triliun. Alhasil neraca perdagangan pertanian 2017 surplus Rp 214 triliun, lebih tinggi dari 2016 sebesar Rp. 142 triliun.

Surat resmi BPS mengkonfirmassi daya beli petani menguat, ditunjukkan Nilai Tukar Usaha pertanian (NTUP) tahun 2017 sebesar 111,77, naik 5,39 persen dibandingkan 2014 sebesar 106,05. Nilai Tukar Petani (NTP) 2017 sebesar 102,25, naik 0,97 persen dibanding 2014 sebesar 102,03.

Pengamat Kebijakan Publik Razikin Juraid menegaskan, dalam tiga tahun terakhir kondisi pangan khususnya beras di Indonesia terus mengarah pada perbaikan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News