Pengamat Pasar Modal Beberkan Risiko Suspensi Saham Terlalu Lama

Pengamat Pasar Modal Beberkan Risiko Suspensi Saham Terlalu Lama
Pengamat Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan angkah suspensi saham jangan terlalu lama. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Di sisi lain, justru banyak dihiasi oleh intervensi otoritas terhadap sejumlah emiten yang diperdagangkan.

Tercatat pada 2 Agustus tiga saham dikenai suspensi yakni Bhakti Multi Artha (BHAT), Bali Bintang Sejahtera (BOLA) dan Triniti Dinamik (TRUE). Dua saham telah kembali diperdagangkan yakni BOLA dan TRUE, sementara BHAT masih menjalani suspensi.

Menyusul BHAT, pada 6 Agustus saham Bentoel Internasional Investama (RMBA) terkena suspensi. Baik BHAT dan RMBA sampai saat ini statusnya masih belum dapat diperdagangkan.

Pada 9 Agustus saham Ladang Baja Murni (LABA) dan Yelooo Integra Datanet (YELO) secara bersamaan terkena suspensi selama sehari.

Tercatat pada 10 Agustus, ketika LABA dan YELO diizinkan kembali diperdagangkan, dua saham lain yakni Boston Furniture Industries (SOFA) dan Panca Global Kapital (PEGE) dikenai suspensi selama dua hari.

Satu saham di hari itu yang kembali terkena suspensi cukup lama adalah saham BOLA yang kena semprit untuk kedua kalinya dan harus parkir selama 10 hari atau baru dapat diperdagangkan per 20 Agustus.

Hampir serupa BOLA, saham PEGE pada 16 Agustus kembali terkena suspensi selama sepekan atau baru dapat diperdagangkan per 23 Agustus. Dua hari berselang, 18 Agustus giliran dua emiten kena semprit yakni UANG dan TECH. Masing-masing terkena suspensi selama sehari. Suspensi sehari juga dikenakan terhadap Hotel Sahid Jaya International (SHID) pada 19 Agustus.

Epidemi COVID19 yang berimbas pada perpanjangan PPKM yang dicicil Pemerintah membuat kinerja emiten yang bergerak di bidang transportasi pun loyo, salah satunya Weha Transportasi Indonesia (WEHA) yang pada 20 Agustus dikenai suspensi selama 3 hari.

Pengamat Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan angkah suspensi saham jangan terlalu lama, pasalnya cenderung menimbulkan persepsi negatif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News