Penguasa Batu Bara

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Penguasa Batu Bara
Warga melihat sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara. Ilustrasi Foto: ANTARA /AJI STYAWAN

Ratusan triliun bisa dihasilkan dari ekspor emas hitam itu. Namun, sampai sekarang kontribusi industri batu bara terhadap kesejahteraan rakyat masih jauh panggang dari api.

Bisnis tambang batu bara dikuasai beberapa gelintir elite politik yang menjalin hubungan dengan pengusaha yang kemudian melahirkan oligarki paling kuat di negeri ini. Elite politik itu memperoleh konsesi, proteksi, dan monopoli.

Para elite politik itu juga menjadi pengambil keputusan untuk membagi-bagikan konsesi kepada pengusaha yang bisa bekerja sama dengan para elite itu.

Pada konteks seperti inilah muncul seorang Tan Paulin yang disebut-sebut sebagai orang kuat yang tidak tersentuh hukum.

Konon Tan Paulin tidak sendirian. Kalau dia disebut sebagai ratu tentu ada rajanya. Raja batu bara ini juga tetap bebas beroperasi karena mendapat konsesi dan proteksi dari kekuasaan.

Sebagai imbalannya sang raja memberi kontribusi finansial untuk proyek-proyek perhelatan politik di berbagai level.

Faisal Basri memperkirakan penghasilan ekspor batu bara yang dinikmati para oligarki mencapai Rp 500 triliun setiap tahun. Jumlah itu kurang lebih seperempat dari anggaran belanja nasional.

Kalau ekspor bata bara dikelola dengan benar dan tidak masuk ke lubang sumur hitam yang tanpa dasar, seharusnya ekonomi Indonesia jauh lebih baik dari sekarang.

Kalau dia disebut sebagai Ratu Batu Bara, tentu ada rajanya. Si raja tetap bebas beroperasi karena mendapat konsesi dan proteksi dari kekuasaan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News