Pengusaha Retail Harus Paham, Orang Belanja tak Mau Ribet

Pengusaha Retail Harus Paham, Orang Belanja tak Mau Ribet
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Foto: dok/JPNN.com

Sementara itu, menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, share transaksi online terhadap perdagangan dalam negeri masih terbilang sedikit. Meskipun pertumbuhannya luar biasa.

“Tapi sampai saat ini kami belum punya angka pasti, tiap lembaga riset punya versinya sendiri-sendiri, kami akan padukan,” katanya.

Meski demikian, Suhariyanto menyebut bahwa BPS pun telah melakukan beberapa survey kecil-kecilan terhadap penggunaan transaksi online dalam konsumsi rumah tangga. Temuannya, dari 10 ribu rumah tangga, hanya 15 persen diantaranya yang pernahmelakukan transaksi online.

Selain itu, komoditas yang diperjualbelikan dalam online juga masih terbatas pada peralatan elektronik, seperti handphone berbagai aksesoris seperti jam tangan. Paling besar adalah untuk membeli tiket pesawat, kereta api, memesan hotel, serta berbagai akomodasi perjalanan lainnya.

“Kalau komoditas-komoditas besar seperti pangan atau beras tidak pakai online,” jelasnya.

Saat ini, BPS tengah berunding dengan asosiasi pengusaha online Indonesia E-Commerce Association (IDEA) untuk merumuskan dan memetakan besarnya transaksi ekonomi digital pada total perekonomian nasional. “Data-data transaksi online, mereka sudah punya,” katanya.

Menurut Suhariyanto, perlu ditentukan kriteria konsumsi rumah tangga yang baru dalam transaksi online.

Dalam metode yang konvensional, BPS biasanya menggunakan klasifikasi konsumsi rumah tangga yang sudah diuji dengan standar internasional. “Klasifikasinya disamakan dulu, kalau tidak sama, nanti semuanya bingung,” ungkapnya.

Perusahaan retail yang menutup gerai karena tidak melakukan inovasi yang baik. Mereka tidak bisa menyesuaikan diri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News