Peninggalan Perang Dunia II: Dulu Jadi Rebutan Jepang-Sekutu, Kini Didominasi Rumput Liar

Peninggalan Perang Dunia II: Dulu Jadi Rebutan Jepang-Sekutu, Kini Didominasi Rumput Liar
Banda Udara Leo Wattimena jadi Pangkalan Militer TNI AU di Morotai, Maluku Utara. FOTO: Malut Post/JPNN.com

Dibangun Jepang pada 1942, bandara ini awalnya hanya memiliki dua buah landasan pacu. Pembangunan bandara menggunakan tenaga masyarakat Morotai. Setelah Sekutu berhasil merebut Morotai dari tangan Jepang, dibangun pula lima landasan pacu tambahan. Dua berfungsi sebagai runway, tiga lainnya sebagai lahan parkir pesawat-pesawat militer.

“Tiga landasan yang terletak di Gotalamo disebut Pitoe Airfield, sedangkan dua landasan di Wawama disebut Wawama Airfield,” ucap mantan Danyon Taru Baru Magelang itu.

Dengan panjang masing-masing landasan 2.400 meter dan lebar 30 meter, dilengkapi apron sepanjang 285 meter dan lebar 80 meter, bekas markas pimpinan tentara Sekutu Jenderal Douglas MacArthur itu mampu menampung hingga ratusan pesawat militer. Taxy way-nya mencapai 130 meter dengan lebar 25 meter. Untuk wilayah Indonesia Timur, pangkalan udara dengan ukuran sebesar itu hanya Leo Wattimena dan Lanud Manuhua di Biak, Papua.

“Untuk (Bandara) Leo Wattimena masih bisa ditambah panjangnya landasan pacunya. Lahannya masih memungkinkan,” tambah Andy.

Saat ini, Leo Wattimena tak hanya menjadi markas militer TNI AU. Bandar udara ini juga dibuka untuk penerbangan sipil, khususnya pesawat perintis, dengan jadwal terbang tiga kali seminggu.

Pada kesempatan langka, kegiatan militer seperti Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) meramaikan bandara ini. Begitu pula ketika perhelatan akbar Sail Indonesia Morotai (SIM) 2012 lalu. Meski begitu, kini tak ada lagi pesawat militer yang parkir di Leo Wattimena.

“Pesawat militer diparkir di Makassar. Kalau ada latihan, baru pesawatnya didatangkan ke sini,” kata Andy.

Dia mengakui, penggunaan bandara militer untuk penerbangan sipil dapat menimbulkan masalah. Pasalnya, Leo Wattimena tak memiliki pengelola sipil. Pengelolaan sepenuhnya diserahkan ke tangan Lanud Morotai. Padahal, penerbangan sipil di bandara ini sudah dimulai pasca SIM. Pengelolaan militer untuk penerbangan sipil ini sendiri kerap dipertanyakan oleh petinggi militer pusat.

Sejumlah peninggalan fisik Perang Dunia II (PD II) masih tampak jelas di Pulau Morotai. Salah satunya Bandar Udara Leo Wattimena, bekas pangkalan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News