Penyebutan 'Harmony Day' Diperdebatkan di Australia karena Sejarah Kelam di Baliknya

Penyebutan 'Harmony Day' Diperdebatkan di Australia karena Sejarah Kelam di Baliknya
Tanggal 21 Maret 1960, ribuan pengunjuk rasa tidak bersenjata berkumpul di luar kantor polisi di Afrika Selatan menyerukan diakhirinya hukum apartheid sebelum mereka ditembaki oleh polisi. (ABC News)

Dalam artikelnya di The Conversation, Steven Wheatley, professor hukum internasional di Lancaster University di Inggris mengatakan bahwa amarah internasional mendorong hukum hak asasi manusia internasional.

Enam tahun setelah pembantaian tersebut, PBB secara resmi menjadikan 21 Maret sebagai Hari Internasional bagi Penghapusan Diskriminasi Rasial.

Namun di Australia, berbeda dengan negara-negara lain, hari tersebut diberi nama lain yaitu Harmony Day.

"Kalau kita membicarakan perbedaan antara kedua konsep ini, harmoni adalah hal yang sangat positif, membuat kita merasa nyaman," kata Associate Professor Christina Ho yang banyak meneliti mengenai migrasi dan perbedaan budaya di University of Technology Sydney.

"Membicarakan mengenai diskriminasi rasial lebih sulit dilakukan."

Harmony Day pertama kali diperkenalkan oleh pemerintahan Perdana Menteri Australia John Howard di tahun 1999, menyusul studi yang dibiayai pemerintah mengenai rasisme di negara tersebut.

Sejak itu, 21 Maret digunakan oleh pemerintah untuk mempromosikan perayaan yang menunjukkan keberhasilan kehidupan multi budaya di Australia.

Professor Ho mengatakan keputusan menggunakan kata 'harmony' memang sengaja dilakukan karena alasan ideologi.

Tanggal 21 Maret dirayakan di seluruh dunia sebagai Hari Internasional bagi Penghapusan Diskriminasi Rasial, memperingati pembantaian brutal di Afrika Selatan lebih dari 60 tahun lalu

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News