Perempuan Iran Digantung karena Bunuh Suami, Putrinya Jadi Eksekutor

Saat sidang putusan, keluarga ditanya apakah mereka ingin membalas dendam dalam bentuk "qisas" atau "mata dibayar mata", atau jika mereka ingin menyelamatkan pelaku dan menerima sejumlah uang sebagai pengganti. Pengampunan juga merupakan pilihan yang cukup populer.
Hukum qisas tetap berlaku ketika korban dan pelaku bersaudara atau menikah. Dalam kasus Maryam, satu-satunya orang yang bisa membuat keputusan mengenai hukuman adalah putrinya sendiri.
Beberapa minggu kemudian, remaja itu dibawa ke Penjara Pusat Rasht untuk menendang kursi dari bawah kaki ibunya sendiri, menyebabkan dia jatuh saat dia digantung dari kasau.
Ebrahim diberi penangguhan hukuman sementara tetapi penjaga memastikan untuk mengawalnya di depan panggung di mana tubuh putrinya masih berayun dari tiang gantungan.
Pada bulan Juni tahun ini, Ebrahim dibunuh di penjara yang sama dengan putrinya.
Kelompok hak asasi Iran percaya bahwa sistem qisas memberi para pemimpin ulama Iran penyangkalan yang masuk akal, memungkinkan mereka untuk mengelak dari tanggung jawab .
Ini juga melahirkan kekerasan berbahaya yang merembes ke seluruh masyarakat Iran.
Direktur Hak Asasi Manusia Iran Mahmood Amiry-Moghaddam berbagi cerita mengerikan ini dengan The Mirror, menambahkan bahwa sistem peradilan "mengubah" korban menjadi algojo.
Dalam hukum Islam versi Iran, keluarga korban pembunuhan adalah pihak yang memutuskan hukuman si pembunuh
- Ledakan di Pelabuhan Iran, 8 Korban Tewas, 750 Terluka
- 2 Terdakwa Pembawa Sabu-Sabu 20 Kg Dituntut Hukuman Mati
- Wasekjen MUI Berharap Hakim Penerima Suap Rp 60 M Dihukum Mati
- Pelaku Mutilasi Sang Kekasih yang Sedang Hamil Diancam Hukuman Mati
- Permalukan Trump, Iran Tegaskan Ogah Berunding Langsung dengan Amerika
- Sesumbar, Donald Trump Klaim AS Lakukan Perundingan Langsung dengan Iran