Perempuan-perempuan Indonesia yang Ingin Bantu Menyuarakan Kelompok Minoritas di Australia

Perempuan-perempuan Indonesia yang Ingin Bantu Menyuarakan Kelompok Minoritas di Australia
Karya digital Rani Pramesti yang menceritakan tentang kerusuhan 1998. (Chinese Whispers)

Salah satu caranya adalah dengan mendirikan sebuah platform penelitian bernama 'Creatives of Colour' yang mendukung masyarakat Aborigin dan warga bukan kulit putih, juga seniman difabel Australia.

Melalui organisasi tersebut, Rani dan rekannya membantu memecahkan masalah yang sering dihadapi warga minoritas di Australia, seperti budaya tokenisme, masalah keuangan, serta kesehatan mental.

Salah satu program penelitian mereka sedang mencari metodologi bagaimana organisasi-organisasi di Australia bisa bertanggung jawab atas kerugian yang dialami warga Aborigin, kulit hitam dan berwarna dalam institusi mereka.

"Tujuan utama saya adalah untuk menjembatani warga Aborigin, kulit hitam dan berwarna, dengan sumber daya yang dibutuhkan mereka," katanya.

"Saya berkomitmen melakukan ini sehingga komunitas kita bisa hidup sehat secara spiritual, materi, fisik dan mental."

ABC adalah partner media dari program "40 Under 40" yang diselenggarakan Konferensi Kepemimpinan Asia-Australia 2022. Pemenang penghargaan akan diumumkan di ajang penghargaan pada Selasa, 4 Oktober.


Inilah perempuan-perempuan Indonesia keturunan Tionghoa yang pindah ke Australia menyusul kerusuhan Mei 1998


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News