Perjuangan Jatah Saham Inalum Berbau Politik

Perjuangan Jatah Saham Inalum Berbau Politik
Perjuangan Jatah Saham Inalum Berbau Politik
"Masing-masing pihak biasanya membawa jagoannya sendiri-sendiri. Itu yang membuat mereka tidak kompak, malah disertai intrik-intrik agar jagoannya yang menang," ujar Marwan Batubara kepada JPNN, kemarin (18/9).

Marwan, mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang konsen mengamati pengolahan sumber daya alam daerah itu, juga membenarkan bahwa memang ada permainan politik dalam kasus perebutan saham Inalum. "Tapi saya selalu mengingatkan, 10 kabupaten/kota itu, tak usahlah menggandeng swasta. Percayalah, pada akhirnya si jagoan (PT Toba Sejahtera) itu yang akan lebih banyak menikmati, bukan pemdanya," ujarnya mengingatkan.

Dikatakan pula, jika 10 kabupaten/kota berani "melepaskan diri " dari ikatan dengan PT Toba Sejahtera, maka langkah pemda akan menjadi kompak. "Pokoknya, tak usahlah menggandeng swasta. Cukup 10 kabupaten/kota dan pemprov saja yang membentuk konsorsium. Sekali lagi, tak usah gandeng swasta," tegasnya.

Bagaimana soal dana? Marwan meyakinkan, 10 kabupaten/kota tidak perlu takut mengalami kesulitan pendanaan. "Karena prospeknya bagus, tak sulit kok cari pinjaman. Minimal sahamnya 10 persen lah. Itu minimal. Toh kalau banyak-banyak juga butuh dana besar. Daripada banyak-banyak, tapi yang menikmati si jagoan (swasta), ya lebih baik tak banyak tapi optimal dinikmati pemda," terang Marwan.

JAKARTA -- Ketidakkompakan sikap pemda mempersiapkan diri ikut mengelola PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) pasca 2013, disinyalir dipicu perbedaan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News