Perjuangan Orang Tua Gathfan Habibi Dampingi Anaknya yang Koma Hampir Dua Bulan

Pasrah ke Tuhan, tapi Curigai Tindakan Medis RS

Perjuangan Orang Tua Gathfan Habibi Dampingi Anaknya yang Koma Hampir Dua Bulan
Lilik Setiawati tak pernah absen menunggui buah hatinya, M. Gathfan Habibi, yang koma panjang dan dirawat di RSUD Ibnu Sina Gresik. Foto: Umar Wirahadi/Jawa Pos

Bila malam, dia biasa menggelar tikar di lantai. Tepatnya di bawah tempat tidur anaknya. Di kolong itu dia sering membayangkan putranya tiba-tiba sadar dan bisa kembali hidup normal.

”Pikiran seperti itu selalu muncul dalam benak saya. Tetapi, saya sudah menyerahkan semuanya kepada Tuhan,” tuturnya.

Demikian pula halnya dengan Pitono, suami Lilik. Dengan setia Pitono menemani istrinya menjaga Habibi di rumah sakit. Selama anaknya koma, banyak perubahan terjadi dalam kehidupan rumah tangga pasangan itu. Salah satunya, Pitono tidak bisa bekerja dengan maksimal. Padahal, sebagai kepala keluarga, dia harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Apalagi, biaya pengobatan dan perawatan Habibi tidak kecil.

Untungnya, Pitono bekerja di industri rumah tangga kerajinan tenun yang dikelola keluarganya di Desa Semampir, Kecamatan Cerme, Gresik. ”Karena saya tidak bisa kerja maksimal, otomatis penghasilan saya juga berkurang jauh dari biasanya,” ungkap dia tanpa bersedia menyebut nominalnya.

Selain masalah keuangan, Pitono tidak bisa memberikan perhatian kepada anak sulungnya, Zulfa Melinda Ardana. Bocah sepuluh tahun itu kini duduk di bangku kelas IV SDN Petrokimia Gresik. Selama ditinggal orang tuanya, Zulfa terpaksa dititipkan ke rumah kakeknya, Wanto, di Desa Semampir, Cerme.

”Kalau Minggu dia (Zulfa) biasa diajak menengok adiknya di rumah sakit. Dia sering bertanya tentang kondisi adiknya itu. Kalau sudah begitu, kami bingung mau jawab apa,” jelas Pitono.

Kini pasutri tersebut hanya bisa pasrah. Keduanya mengaku telah ikhlas apa pun yang terjadi pada Habibi. Termasuk kemungkinan terburuk sekalipun. ”Apa boleh buat, manusia hanya bisa berusaha. Yang memiliki hidup kan Gusti Allah,” ucapnya.

Pernyataan itu terucap bukan tanpa alasan. Sebab, selama dirawat di ICU RSUD Ibnu Sina, Habibi sudah dua kali mengalami masa kritis, yakni pada pertengahan Januari dan awal Februari lalu. Saat itu layar di monitor menunjukkan tanda stagnan pada detak jantung bocah tersebut.

Bagaimana perasaan orang tua melihat buah hatinya koma panjang tanpa kejelasan kapan akan sadarkan diri? Itulah yang dialami pasangan suami istri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News