Petani Didorong Gunakan Kedelai Lokal & Pakai Sistem Methuk untuk Mengurangi Impor

Petani Didorong Gunakan Kedelai Lokal & Pakai Sistem Methuk untuk Mengurangi Impor
Petani didorong gunakan kedelai lokal dan pakai sistem methuk untuk mengurangi impor. Foto: Humas Kementan

"Bisa kita bayangkan jika lahan pertanian bercampur dengan air laut, semua tanaman akan mati dan ini mengganggu sistem produksi kita," katanya.

Dampak perubahan iklim lainnya adalah iklim ekstrem el nino kemarau berkepanjangan dan el nina banjir dimana-dimana dan frekuensi makin meningkat. Dulu sepuluh tahun sekali, kata dia saat ini lima tahun sekali bahkan ada tendensi tiga tahun sekali bahkan intensitasnya makin kuat.

Akibat perubahan iklim ekstrem ini, terjadi serangan hama penyakit tanaman di mana-mana dan sehingga menyebabkan sistem produksi di sentra pangan dunia terganggu.

"Akhirnya negara-negara produsen melakukan retriksi sehingga negara-negara produsen tidak melakukan ekspor, khawatir Covid-19 tidak berhenti sehingga menyebabkan ketersediaan pangan di pasar nasional menurun," katanya.

"Dalam situasi seperti ini, solusinya ialah mengurangi ketergantungan impor, baik itu kedelai, jagung, gandum, bahan pupuk kimia," tegas Dedi.

Dedi mengatakan caranya yaitu dengan tanam sendiri. Dengan menanam kedelai, jagung, dan lainnya.

"Apalagi saat ini ada program dari Kementan, yaitu menanam satu juta hektar untuk menghasilkan satu juta ton kedelai dan petani harus memanfaatkan peluang ini. Harga kedelai bagus, ayo, tanam kedelai segera,” ujar dia.

Dedi menambahkan setelah itu lakukan diversifikasi tanam lokal. Tingkatkan efisiensi faktor produksi dan buat pupuk sendiri untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Kementan terus mendorong produksi kedelai dengan menggurangi impor tanaman kedelai.

Kualitas kedelai lokal lebih bagus dibanding yang impor. Karena itu, Petani didorong menggunakan kedelai dalam negeri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News