Petani Sulit Mendapatkan Pupuk, Curiga Ada Mafia

Petani Sulit Mendapatkan Pupuk, Curiga Ada Mafia
Seorang petani berusaha menyelamatkan padinya yang terendam. Foto: IBNU DWI WAHYUDI/RADAR BANJARMASIN/JPNN.com

"Kami kesulitan pupuk mulai musim tanam ini. Kami terpaksa mencari pupuk ke Kajen atau daerah lainnya yang ada. Jikapun ada belum tentu penjual mau melayani, karena setelah ada kartu tani, mereka menjual sesuai dengan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) di masing-masing wilayahnya," ujar dia.

Yono mengaku khawatir jika kebutuhan pupuk tidak bisa dipenuhi dengan baik, pertumbuhan tanaman padi miliknya akan kurang bagus sehingga hasilnya bisa tidak maksimal.

Dikatakan, untuk harga pupuk phonska Rp 250 ribu perkuintal, urea Rp 190 ribu perkuintal, dan TS sekitar Rp 250 perkuintalnya.

"Ini untuk harga pupuk subsidi. Untuk pupuk nonsubsidi pun kami kesulitan mencarinya," katanya.

Keluhan serupa juga diutarakan petani di Desa Bondansari, Kecamatan Wiradesa saat ada kunker anggota DPR RI Ramson Siagian kemarin.

Kepala Desa Bondansari, Wasud mengaku untuk mendapatkan pupuk, petani saat ini kesulitan meskipun sudah memiliki kartu tani.

"Mending seperti dulu tidak ada kartu tani tapi untuk mendapatkan pupuk lebih mudah. Kalaupun mahal yang penting petani mudah mendapatkan pupuk itu yang diharapkan," katanya.

Salah seorang petani asal Desa Blimbing Wuluh Kecamatan Siwalan, Sutarso juga mengeluhkan kelangkaan pupuk disaat petani membutuhkan. Karena pupuk merupakan faktor pendukung untuk meningkatkan hasil pertanian.

Petani mengalami kesulitan untuk mendapatkan pupuk di saat sedang musim tanam. Curiga ada jaringan mafia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News