Pilih jadi Nelayan Dibanding PNS, Sekali Melaut Raup Ratusan Juta

Pilih jadi Nelayan Dibanding PNS, Sekali Melaut Raup Ratusan Juta
Kapal Nelayan. Foto ilustrasi: dok.JPNN

Meskipun mengantongi ijazah sarjana, Jalha lebih memilih menjadi nelayan ketimbang berburu nomor induk pegawai dan mengabdi sebagai PNS. "Saya lebih tertarik meneruskan usaha orang tua," ujar pria yang akrab disapa Tato itu.

Dengan membuka usaha sendiri, Tato merasa lebih leluasa. Ketimbang harus menjadi PNS dan terikat dengan peraturan-peraturan Pegawai Negeri Sipil, ia merasa lebih bebas jika menjadi nelayan.

Apalagi pendapatannya tak kalah dengan gaji PNS. "Sekali melaut, bisa dapat tujuh ton. Paling sedikit, tiga ton," katanya.

Jenis ikan incaran para ABK yang bekerja di kapal Jalha yakni cakalang. Area pencarian ikan terkadang memasuki laut lepas. Hasil tangkapannya itu dibandrol dengan harga Rp 16 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogram (kg). "Kalau dapat tujuh ton, berarti bisa mendapatkan Rp 112 juta," ujarnya.

Jalha lebih santai melakoni usahanya. Anggotanya turun melaut saat cuaca bersahabat. Jika cuaca kurang mendukung, mereka lebih memilih istrahat.

"Selain memikirkan keselamatan anggota saya, ya juga pikir-pikir soal untung ruginya," katanya.

Masra, istri Jalha menambahkan, untuk biaya operasional juga memerlukan modal yang cukup besar. Setiap kapal membutuhkan biaya Rp 20 juta sekali berlayar. "Rp 20 juta itu untuk bahan bakar, konsumsi dan sebagainya. Setiap kapal terdiri dari 14 ABK. Jadi kalau kita dapat hanya satu ton sekali berlayar, kita rugi," ungkapnya.

Usaha awalnya hanya bermodalkan satu kapal warisan dari orang tua Jalha. Usaha mereka berkembang dan berhasil membeli satu unit kapal lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News