Pilih Tahlilan Ketimbang Selamatkan Nyawa

Pilih Tahlilan Ketimbang Selamatkan Nyawa
Pilih Tahlilan Ketimbang Selamatkan Nyawa

Perhitungan Ponimin tepat. Begitu awan panas menghajar Kinahrejo, dusun tempat Mbah Marijan, dia mengungsikan keluarganya ke bungker. Sebab, gelombang awan panas Merapi yang tercipta dari ledakan kedua "menyerempet" dusunnya. Setelah menanti sekitar satu setengah jam, barulah Ponimin memberanikan diri keluar.

Ponimin sekeluarga kemudian bergegas ke mobil mereka. Tapi, mereka tak bisa mengungsi. Penyebabnya bukan hanya tumpukan abu vulkanis setebal 10 cm yang masih hangat mengelilingi mereka. Ban mobil mereka pun telah leleh karena terserempet awan panas. "Hanya nyerempet. Sebab, pasti hancur mobilnya bila terkena langsung," tuturnya.

Akhirnya, Ponimin kembali ke rumah dan langsung mengontak Widadi untuk minta pertolongan. Namun, tim SAR pun tak berani langsung mengevakuasi mereka. "Situasi malam itu masih sangat berbahaya. Kami tak berani macam-macam," ucapnya. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah tetap berkomunikasi dengan Ponimin sepanjang malam itu. Menurut Widadi, kakek 65 tahunan tersebut sudah pasrah dan terus minta tolong. "Katanya, hawa di sekitar rumah sangat panas. Letusan pun terus-menerus terdengar," papar dia.

Akhirnya, setelah frekuensi dentuman agak mereda, tim SAR mulai berani memasuki kawasan Kaliadem untuk mencari Mbah Ponimin sekeluarga. Sekitar pukul 02.00, Ponimin sekeluarga bisa diselamatkan dan segera dibawa ke rumah sakit untuk dirawat. Kaki Ponimin melepuh. Istrinya juga mengalami luka bakar. Tapi, nyawa mereka tidak jadi hilang. (*/c11/dos)



Evakuasi warga saat Merapi meletus Selasa lalu (26/10) adalah salah satu yang paling rumit. Warga seolah enggan meninggalkan wilayah berbahaya tersebut


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News