PKI dan Baladewa

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

PKI dan Baladewa
Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Jakarta Timur. Monumen tersebut merupakan penanda tentang peristiwa G30S/PKI. Foto: Ricardo/JPNN.com

Para anggota dan simpatisan PKI di Jawa, Bali, dan sebagian wilayah luar Jawa menjadi korban serangan balik oleh kekuatan Islam anti-PKI yang didukung Angkatan Darat.

Soeharto memakai Supersemar untuk mengalahkan Sukarno yang tidak menyadari telah menyerahkan pengapesannya sendiri terhadap Soeharto. 

Episode pembunuhan politik pasca-percobaan kudeta 1965 ibarat pembunuhan di perang Bharatayuda. 

Tidak mudah menentukan siapa benar siapa salah. 

Siapa pahlawan siapa bajingan. 

Kebenaran dan kebatilan bersilang sengkarut sehingga hitam dan putih tidak bisa dipisahkan dengan jelas.

Presiden Jokowi bulan ini mengeluarkan keputusan presiden untuk mencari penyelesaian kasus pelanggaran HAM (hak asasi manusia) berat 1965 melalui jalur non-judusial. 

Jokowi, rupanya, menyadari bahwa peristiwa 30 September dan pembunuhan politik yang menyertainya merupakan tragedi politik yang mirip dengan tragedi Bharatayuda. 

Dalam sejarah Indonesia modern, peristiwa 30 September 1965 menjadi episode paling kelam dan sekaligus paling brutal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News