Poltak

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Poltak
Politikus PDI Perjuangan Ruhut Sitompul. Foto: Ricardo/JPNN.

Penduduk asli disebut sebagai inlander dan menempati strata sosial paling rendah.

Politik belah bambu menjadi andalan pemerintah kolonial untuk menguasai wilayah jajahan. Devide et impera diterapkan dengan memecah-belah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil supaya mudah ditaklukkan. 

Divide and conquer, pecah belah dan kuasai, menjadi strategi umum kolonialis dan imperialis Eropa.

Proklamasi kemerdekaan membongkar praktik kolonialisme itu. 

Bangsa Indonesia mempunyai kesadaran nasional sejak Sumpah Pemuda 1928 dengan lahirnya semboyan ‘’satu nusa, satu bangsa, satu bahasa’’. 

Etnisitas yang bermacam-macam melebur menjadi satu menjadi entitas nasional Indonesia. Kebhinekaan yang sangat beragam melebur menjadi satu dalam negara kesatuan.

Strata sosial dan ekonomi yang diwariskan oleh penjajah dibongkar dan dihilangkan. Dibentuklah tatanan baru yang lebih egaliter dan demokratis.

Bahasa Indonesia dipilih sebagai bahasa nasional karena lebih egaliter dan demokratis dibanding bahasa Jawa. Setiap orang dianggap sejajar dan sederajat dan dipanggil dengan sebutan ‘’bung’’.

Ruhut Sitompul, sering disebut sebagai si Poltak, sudah sangat dikenal sebagai bagian dari kubu yang berseberangan dengan Anies.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News