Poros Baru, Poros Indonesia Raya, Poros Apapun Namanya...

Poros Baru, Poros Indonesia Raya, Poros Apapun Namanya...
Anggota Wantim Partai Golkar Mahadi Sinambela memberikan penjelasan pada acara Focus Group JPNN-Indopos mengenai Persaingan Menuju Istana Poros Nasionalis Vs Islam : Mitos atau Realita?, di Resto Meal & Meet, Jln Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (23/4). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - HASIL hitung cepat Pileg 9 April 2014 makin menarik dijadikan bahan simulasi koalisi parpol. Ibarat main kartu, semua berpotensi memainkan truf. Ibarat main catur, masih banyak yang bisa digeser kiri-kanan. Tak ada parpol yang menang telak 25 persen suara. Belum ada yang yakin dapat 20 persen kursi di DPR-RI. Harus menggandeng teman parpol! Di situlah utak-atik itu menjadi semakin seru.

Belum ada yang yakin 100 persen bisa mengantungi boarding pass untuk menerbangkan capres-cawapres sendiri. Apa akan bergabung dengan apa? Siapa hendak dipasangkan dengan siapa? Itu menjadi bahan analisis yang menarik dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar INDOPOS dan JPNN di Meal n Meet Restoran, Jalan Wijaya I, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (24/4).

Kesimpulannya memang: masih liquid! Masih sangat cair, belum solid, belum teken kontrak. Masih penjajakan. Kecuali PDI-Perjuangan dan Nasdem yang memang sudah ”berjabat tangan.” Itulah poros PDIP-Nasdem, yang sudah jelas mencapreskan Gubernur DKI Joko Widodo di Pilpres 9 Juli nanti. Lainnya? Masih berhitung, masih menunggu hitungan KPU dan kepastian jumlah kursi. Ke-9 nara sumber, masih malu-malu kucing, menyembunyikan trufnya.

Mereka yang hadir adalah Marzuki Ali (Partai Demokrat), Drajad Wibowo (PAN), Fahri Hamzah (PKS), Ahmad Basarah (PDIP), Marwan Jafar (PKB), Fadli Zon (Gerindra), Mahadi Sinambela (Partai Golkar), Prof Hamka (PDIP), dan akademisi UI, Arie Junaedi. Bentuk ”malu-malu” mereka adalah jawaban-jawaban yang masih normatif.

Seperti, harus menyesuaikan platform partai, melihat ideologi partai, tidak mau hanya bagi-bagi kursi menteri, tidak mau dagang sapi dengan posisi wapres, yang semua itu lebih pada menjaga diri agar tidak kelihatan trufnya, dulu. Politisi-politisi di atas memang pintar beranalisis, itu harus diakui. Karena itu, perbincangan selama 2,5 jam itu tetap menarik disimak. H Marzuki Ali SE, MM, yang statusnya masih Ketua DPR RI itu lebih blak-blakan.

Tokoh asal Palembang, Sumsel ini lebih tegas dan to the point. PD pasti akan berkoalisi untuk melanjutkan pemerintahan ke depan. ”Tinggal, yang bagus-bagus dilanjutkan, yang belum bagus disempurnakan, yang jelek dibuang! Tapi, dengan siapa, bentuknya seperti apa, itu belum diputuskan di internal partai,” kata Marzuki.

Dia mengakui, tidak ada parpol yang 100 persen mempertahankan idealisme dan platform partai. Apalagi soal platform? Yang rata-rata mirip, yang berbeda hanya persentase dan konsentrasinya saja? Pragmatisme tidak bisa dihindarkan. ”Faktanya kan begitu? Parpol ber buru suara ke NU dan Muham madiyah, itu tidak bisa diban tah. Semua sudah sowanlah.

Semua sudah merangkul sana-sini. Ini rasional dan logis. Dalam politik, itu tidak bisa dinafikan,” cetusnya. Apakah Ketua Umum PD, Susilo Bambang Yudhoyono sudah punya scenario dari hasil Pileg itu? Jawabnya: belum ada bocoran. Belum di sampaikan dalam rapim. Minggu ini rapat dengan peserta konvensi dan organizer konvensi dilakukan.

HASIL hitung cepat Pileg 9 April 2014 makin menarik dijadikan bahan simulasi koalisi parpol. Ibarat main kartu, semua berpotensi memainkan truf.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News