Posisi Melayu dalam Jalur Perdagangan Rempah Dunia Dikupas di Seminar Internasional 

Posisi Melayu dalam Jalur Perdagangan Rempah Dunia Dikupas di Seminar Internasional 
Kedudukan Melayu dalam jalur perdagangan rempah dunia dikupas tuntas dalam seminar internasional. Foto Kemendikbudristek

Bandar tersebut, lanjutnya sering dikunjungi kapal-kapal dari Cina, Gujarat, India, Persia, Arab, Roma, dan Mediterania.

Dia menjelaskan faktor-faktor penyebab negeri Melayu menjadi pusat pelayaran dan perdagangan rempah adalah karena di sekitar pantai timur dan pantai barat Sumatra tumbuh berbagai tanaman rempah yang dibutuhkan oleh orang Eropa, Mediterania, Persia, Mesir, dan lainnya

"Perdagangan rempah di dunia Melayu, sekaligus menyebabkan terjadinya komunikasi budaya antara Nusantara dan India, China, dan bangsa lainnya di bagian barat,” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Xu Liping memaparkan perdagangan rempah-rempah antara China dan Indonesia berlangsung selama ribuan tahun dari Dinasti Han dan Tang ke Dinasti Qing.

Sebelum kedatangan penjajah Barat, Tiongkok kuno dan Indonesia selalu memelihara hubungan persahabatan yang mendorong perkembangan perdagangan rempah-rempah antara Tiongkok dan Indonesia sehingga memberikan pengaruh besar pada kehidupan sosial Tiongkok.

Dia juga menambahkan bahwa sejarah perdagangan rempah-rempah antara China dan Indonesia sepenuhnya menunjukkan bahwa pertukaran budaya berlangsung dua arah, bukan satu arah.

Sementara itu, Prof. Amarjiva Lochan mengatakan perdagangan rempah juga terjadi di India, tetapi itu bukan hanya persoalan perdagangan saja.

Melalui sungai dan bandar-bandar, ada pertemuan budaya, agama, dan lain hal sebagainya. Hubungan antara India, Tiongkok, tidak sekadar perdagangan saja.

Kedudukan Melayu dalam jalur perdagangan rempah dunia dikupas tuntas dalam seminar internasional

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News