Presiden Jawa
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kemudian ‘’No’’ dihubung-hubungkan dengan Sukarno, ‘’To’’ dihubungkan dengan Soeharto, dan seterusnya.
Tentu saja ini ilmu gutak-gatuk alias utak-atik yang tidak ilmiah.
Nama-nama presiden berikutnya tidak berurutan seperti akronim notonegoro, karena presiden berikut setelah Pak Harto adalah Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Akan tetapi, seorang pendukung Gus Dur bercanda bahwa nama Gus Dur masuk dalam Jangka Jayabaya.
Menurutnya, Jayabaya menyebut penguasa nusantara adalah ‘’Notomanconegoro’’.
Berarti, setelah ‘’No’’ kemudian ‘’To’’ setelah itu ‘’Man’’ yang merujuk pada ‘’Abdurrahman Wahid’’.
Tentu saja ini juga sekadar canda politik.
Fakta demografis, sosiologis, dan historis memang menunjukkan dominasi etnis Jawa sebagai etnis terbesar dan berpengaruh.
Dalam wawancara dengan Rocky Gerung, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kalau bukan orang Jawa sebaiknya tidak usah memaksa mencalonkan diri menjadi presiden.
- Bea Cukai Tanjung Priok Fasilitasi Ekspor 10 Ton Galvanize ke Amerika Serikat
- Trump Tegaskan Iran Tak Boleh Memiliki Nuklir untuk Alasan Apa pun, Pelucutan Total!
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- 'Indonesia First’ demi RI yang Berdikari di Tengah Gejolak Dunia
- Inilah Dampak Perang Dagang Tarif Resiprokal AS vs China Bagi Indonesia