Memprihatinkan, Kualitas Kepemimpinan Kita!
Oleh: Prof Tjipta Lesmana
Maka, pemilihan umum berlangsung dengan taktik money politics.
Sebagian rakyat dengan senang hati mencoblos tanda gambar setelah diberikan uang.
Alhasil, para pemimpin dan wakil rakyat, sebagian, dipilih berdasarkan setumpuk uang yang ditebarkan calon pemimpin kepada rakyat yang butuh uang.
Dari mana politisi memiliki uang dalam jumlah besar untuk memenangkan pertarungan di kotak suara? Pinjam atau minta dana dari pengusaha, khususnya pengusaha besar jika uang yang dibutuhkan berjumlah besar.
Nah, setelah memenangkan pemilihan, politisi harus bayar utang.
Dengan kursi empuk yang sudah didudukinya, pemimpin memberikan proyek-poyek pembangunan, atau kursi menteri, fasilitas lain kepada ‘bandar pemilu’.
Lingkaran setan korupsi bermula dari sana.
Makin lama, lingkaran korupsi itu makin luas dan makin masif.
Prof Tjipta Lesmana menyoroti persoalan kepemimpinan dan korupsi di Indonesia. Ada cacat besar sistem demokrasi pascareformasi.
- MAKI Dorong KPK Usut Dugaan Korupsi Kredit Macet di BPD Kaltim-Kaltara
- KPK Periksa Project Manager PT Mega Alam Terkait Dugaan Korupsi Fasilitas Kredit di LPEI
- KPK Periksa Direktur PT Waruwu Yulia Lauruc Terkait Kasus Pengadaan Karet di Kementan
- Pemerintah Sahkan UU Perampasan Aset, KPK Siap Tindak Tegas Koruptor
- Prabowo Percaya Hakim Bergaji Besar Tidak Bisa Disogok
- KPK Ingatkan Guru & Dosen: Gratifikasi Bukan Rezeki