Memprihatinkan, Kualitas Kepemimpinan Kita!
Oleh: Prof Tjipta Lesmana
Maka, pemilihan umum berlangsung dengan taktik money politics.
Sebagian rakyat dengan senang hati mencoblos tanda gambar setelah diberikan uang.
Alhasil, para pemimpin dan wakil rakyat, sebagian, dipilih berdasarkan setumpuk uang yang ditebarkan calon pemimpin kepada rakyat yang butuh uang.
Dari mana politisi memiliki uang dalam jumlah besar untuk memenangkan pertarungan di kotak suara? Pinjam atau minta dana dari pengusaha, khususnya pengusaha besar jika uang yang dibutuhkan berjumlah besar.
Nah, setelah memenangkan pemilihan, politisi harus bayar utang.
Dengan kursi empuk yang sudah didudukinya, pemimpin memberikan proyek-poyek pembangunan, atau kursi menteri, fasilitas lain kepada ‘bandar pemilu’.
Lingkaran setan korupsi bermula dari sana.
Makin lama, lingkaran korupsi itu makin luas dan makin masif.
Prof Tjipta Lesmana menyoroti persoalan kepemimpinan dan korupsi di Indonesia. Ada cacat besar sistem demokrasi pascareformasi.
- Rahima Istri Mantan Gubernur Jambi Dituntut 4 Tahun 5 Bulan Penjara
- Eks Bupati Kuansing Sukarmis Ditahan Jaksa terkait Korupsi Rp 22,6 Miliar
- Sukses Tertibkan PSU Perumahan, Pemkot Denpasar Raih Penghargaan dari KPK
- KPK Menyita Kantor DPC NasDem di Sumut, Diduga Dibeli Pakai Uang Korupsi
- Saut Situmorang Desak KPK Transparan soal Peran Shanty Alda di Kasus Gubernur Malut
- Nurul Ghufron Mangkir, Dewas KPK Tunda Persidangan Etik