Produktivitas Petani Gunung Kidul Meningkat, Begini Caranya

Produktivitas Petani Gunung Kidul Meningkat, Begini Caranya
Hamparan padi Inpari 43 Agritan GSR pada Musim Kemarau di Desa Wareng, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Foto: Humas Kementan

“Didukung dengan pola tanam jajar legowo, pertanaman padi MT (Musim Tanam) II kali ini mampu menghasilkan 6,16 ton per hektare, lebih tinggi dibandingkan MT I yang provitasnya hanya 4,5 ton per hektare. Jelas lebih menguntungkan yang tadinya tidak menghasilkan karena tidak ditanami sekarang ditanami dan menghasilkan dengan produktivitas tinggi,” ujar Mulyadi.

Mulyadi juga mengatakan dengan pola “Culik” keuntungan petani tidak hanya dari segi peningkatan hasil padi untuk pangan, tetapi jerami padi juga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, dimana sebagian besar petani di wilayah tersebut memiliki minimal dua ekor sapi sebagai sumber pupuk kandang dan status sosialnya.

“Biasanya Bulan Juni sampai September petani kekurangan pakan ternak, harus didatangkan dari Klaten dan Sukoharjo dengan biaya satu truk 1 jt, dengan peningkatan IP, petani memperoleh hasil ganda,” ujar Mulyadi.

Dengan penerapan tanam “Culik” diharapkan petani tidak kehilangan momen untuk terus berproduksi, seperti Petani di Gunung Kidul yang langsung mengisi penanaman MT III, setelah panen MT II di Bulan Juni lalu, dengan tanaman hortikultura seperti bawang merah, cabai, terong dan kacang panjang.

Sistem ini diharapkan dapat menggerakan seluruh sumber daya pertanian yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal, apalagi didukung dengan alat mesin pertanian (alsintan) yang disediakan pemerintah, seharusnya membuat segala sumber daya produksi pertanian bekerja lebih maksimal sepanjang tahun.(adv/jpnn)


Musim kemarau tidak menyurutkan semangat petani untuk meningkatkan produksi. Pasalnya petani di Gunung Kidul berhasil meningkatkan Indeks pertanaman.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News