Prof. Azyumardi: Perlu Gerakan Literasi Keagamaan untuk Mengukuhkan Nilai Budaya Indonesia

Prof. Azyumardi: Perlu Gerakan Literasi Keagamaan untuk Mengukuhkan Nilai Budaya Indonesia
Para pembicara Sarasehan Satupena bertajuk "Kemerdekaan Literasi" pada Jumat (26/6/2020). Foto: Flyer Satupena

Azyumardi juga menyoroti kemerdekaan literasi, dalam konteks menyangkut kebebasan sosial dan intelektual.

Menurut dia, dengan kebebasan sosial dan intelektual itu, warga secara individual maupun kelompok masyarakat dapat membangun kehidupan lebih baik.

Dia menilai saat ini, kebebasan intelektual terbatas karena ada buzzer. Ada yang melakukan tindakan dengan mengganggu jika kita melakukan diskusi atau webinar tentang isu-isu yang sensitif, politik dan macam-macam yang secara politik dianggap sensitif oleh pemerintah.

Oleh karena itu, dia menilai demokrasi di Indonesia menurun karena kebebasan itu terhambat.

“Banyak dosen yang takut untuk berbicara dan menulis hal yang sensitif. Jadi, literasi intelektual merosot,” papar mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah itu.

Dosen Universitas Darma Persada dan Kajian Wilayah Amerika UI, Prof Albertine Minderop menanggapi soal literasi keagamaan yang dikemukakan Azyumardi.

Dia mengaku sangat mengkhawatirkan perkembangan terkait praktik keagamaan yang cenderung berpikir sempit dan menganggap kelompoknya benar, sementara yang lain salah.

Albertine tertarik dengan literasi yang terkait dengan literasi keagamaan. Bagaimana literasi itu dapat mengukuhkan nilai-nilai budaya dan keagamaan.

Perlu gerakan literasi yang mampu mengukuhkan kembali nilai-nilai budaya Indonesia yang mulai tergerus bahkan mendapat tantangan besar dari sebagian kalangan yang ingin memaksakan kehendak melalui paham keagamaan sempit.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News