Prof. Mega

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Prof. Mega
Megawati Soekarnoputri. Foto: Ricardo/JPNN.com

Alasan-alasan ini tentu bisa diperdebatkan. Kemampuan Mega yang menguasai tacit knowledge dalam ilmu pertahanan tidak banyak diketahui masyarakat umum maupun masyarakat ilmiah di lingkungan akademik, karena selama ini Mega tidak pernah terdengar kiprahnya dalam perdebatan akademik mengenai ilmu pertahanan.

Maklum, selama menjadi presiden Mega dikenal sangat irit dalam berbicara sehingga publik tidak banyak mengenal pemikiran-pemikiran strategisnya.

Mungkin karena itu, pengetahuan Mega disebut sebagai tacit knowledge atau pengetahuan yang tersembunyi.

Ternyata, diam-diam di balik keiritan bicara itu Mega dianggap punya kemampuan yang tersembunyi. Saking tersembunyinya sampai tidak ada yang tahu bahwa Mega punya kemampuan itu.

Mengenai syarat akademis, Mega dianggap sudah memenuhi semua syarat yang ditentukan untuk menjadi guru besar kehormatan, termasuk dukungan gelar S3 yang sudah berderet-deret.

Sayang, di dunia akademik tidak ada pemberian gelar S2 secara cuma-cuma. Andai saja ada pemberian gelar S2 kehormatan tentu mudah bagi Mega untuk mendapatkannya.

Alasan ketiga agar generasi muda menjadikan Mega sebagai role model mudah-mudahan tidak disalahmengerti oleh anak-anak milenial.

Jangan sampai mereka berpikir bahwa untuk mendapat gelar profesor dan gelar doktor yang berderet-deret tidak perlu sekolah susah-susah. Cukup lulus SMA saja lalu menjadi ketua umum partai, maka berbagai gelar akademik pun akan datang dengan sendirinya.

Jangan sampai mereka berpikir bahwa cukup lulus SMA saja lalu menjadi ketua umum partai, maka berbagai gelar akademik pun datang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News