Profesor Doktor

Profesor Doktor
Dahlan Iskan saat di Skotlandia. Foto: disway.id

Rasanya juga baru sekali terjadi lulusan madrasah aliah menjadi dirut PLN. Lalu jadi menteri ekonomi –Menteri BUMN.

Baca Juga:

Namun, bagaimana ceritanya hingga bisa menerima gelar profesor HC?

Tawaran itu datang dari sebuah universitas benaran di Malaysia. Begitu seriusnya sampai para pimpinan universitas itu sendiri yang datang ke Jakarta.

Termasuk putra mahkota sultan dari negara bagian itu –yang juga pimpinan universitas.

Saya masih ingat, sedikit, acara hari itu. Pembawa acara pun dari sana.

Susunan acaranya juga sudah ditentukan di sana. Pakai bahasa sana: paduka, hamba, tuanku, patik, ampun paduka dan banyak istilah kerajaan lainnya.

Sejak itu pun saya seperti lupa kalau pernah mendapat gelar profesor honoris causa. Saya tidak pernah satu kali pun menggunakan gelar itu di depan nama saya.

Memangnya saya ini siapa: hanya lulusan madrasah aliah. Itu pun di sebuah desa di pelosok Magetan: Pesantren Sabilil Muttaqin. Yakni pesantren beraliran tarekat Syatariyah.

Aneh. Kok tiba-tiba ada yang mempersoalkan gelar saya itu. Kesannya, saya itu begitu bangga dengan gelar profesor dan doktor honoris causa itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News