Pulang Tengok Ternak dan Ladang
Status Berbahaya, Tetap Tinggalkan Pengungsian
Kamis, 28 Oktober 2010 – 08:57 WIB

Minim Prasarana di Tempat Pengungsian - Kondisi tempat pengunsian Gunung Merapi di desa Glagah Hardjo Kecamatan cangkringan. Dengan menampung 1500 jiwa hanya disediakan 10 WC darurat. Foto: Boy Slamet/Jawa Pos
Pada malam Merapi meletus, sejak pukul 19.00 pengungsi terus berdatangan ke Kecamatan Selo. Hingga pukul 24.00 jumlahnya mencapai 1.635 jiwa. Mereka berasal dari KRB III, yakni Desa Klakah dan Jrakah.
Baca Juga:
Selain di Selo, warga yang mengungsi juga di Desa Sangup dan Jemowo, Kecamatan Musuk, mencapai 300 jiwa. Kades Jrakah Tumar mengatakan, warga sudah pulang ke rumah pukul 08.00. "Warga kembali ke rumah dan beraktivitas seperti biasa," katanya.
Secara terpisah, Kades Tlogolele Budi Harsono mengatakan, warganya yang sempat mengungsi di tempat pengungsian semetara (TPS) di Desa Tlogolele juga sudah kembali ke rumah. Namun, mereka sudah diwanti-wanti agar siap siaga bila sewaktu-waktu dievakuasi. "Warga mengurangi aktivitas di ladang," terangnya.
Sementara itu, barak pengungsian didirikan tim siaga Merapi Selasa malam. Sedikitnya enam tenda didirikan di lapangan Samiran. Lantaran ditinggal pengungsi, barak tersebut dimanfaatkan tim siaga Merapi untu beristirahat. (un/jpnn/c2/iro)
BOYOLALI - Sedikitnya 1.635 jiwa di kawasan rawan bencana (KRB) III diungsikan ke Desa Samiran, Kecamatan Selo, pada malam letusan Merapi. Semalam
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Polisi Amankan Provokator dalam Aksi Hari Buruh, Apa Motifnya?
- 2 Hektare Lahan Gambut di Palem Raya Ogan Ilir Terbakar, Tim Gabungan Terjun Lakukan Pemadaman
- Menyambi Jual Sabu-Sabu, Sapar Ditangkap di Musi Rawas
- Muhajir Sebut Gaji-Tunjangan CPNS & PPPK 2024 Sudah Disiapkan di APBD 2025
- Polisi Gelar Pengamanan Humanis di May Day Pelabuhan Tanjung Priok
- Buruh Kepung Kantor Gubernur Jateng, Teriakkan Upah Sangat Rendah