Pulang Tengok Ternak dan Ladang

Status Berbahaya, Tetap Tinggalkan Pengungsian

Pulang Tengok Ternak dan Ladang
Minim Prasarana di Tempat Pengungsian - Kondisi tempat pengunsian Gunung Merapi di desa Glagah Hardjo Kecamatan cangkringan. Dengan menampung 1500 jiwa hanya disediakan 10 WC darurat. Foto: Boy Slamet/Jawa Pos
BOYOLALI - Sedikitnya 1.635 jiwa di kawasan rawan bencana (KRB) III diungsikan ke Desa Samiran, Kecamatan Selo, pada malam letusan Merapi. Semalam tinggal di pengungsian, pagi kemarin (27/10) warga nekat pulang ke rumah masing-masing. Padahal, Koordinator Tim Penanggulangan Bencana Letkol Inf Arh Soekoso Wahyudi sudah memperingatkan mereka agar tetap di pengungsian.

Dandim 0724 Boyolali itu mengungkapkan, setelah subuh, warga sudah ingin pulang. Pihaknya juga sudah memberikan arahan agar mereka tetap di pengungsian. Sebab, puncak Merapi masih berbahaya bagi warga. "Karena tidak mau tetap di pengungsian, dipersilakan pulang," katanya.

Warga nekat pulang dari pengungsian lantaran rumah dalam kondisi kosong. Dikhawatirkan hewan ternak yang ada di rumah tidak aman. Selain alasan itu, warga ingin menengok ladang. "Kami tidak bisa berbuat banyak terhadap kemauan warga ini," kata Danramil 07 Selo Kodim 0724 Boyolali Kapten Inf Kasmadi, yang ikut mendampingi dandim di barak pengungsian.

Pihaknya sudah mengimbau warga agar tidak pulang dulu karena Merapi masih berbahaya. Sebab, hingga saat ini puncak Merapi masih menyemburkan asap solfatara. Karena warga tidak mau diajak tetap di pengungsian, pihaknya pun langsung mengambil langkah-langkah cepat. Warga diperbolehkan pulang, tapi ketika sore mereka kembali ke pengungsian. Langkah itu diambil demi keselamatan warga dari ancaman Merapi.

BOYOLALI - Sedikitnya 1.635 jiwa di kawasan rawan bencana (KRB) III diungsikan ke Desa Samiran, Kecamatan Selo, pada malam letusan Merapi. Semalam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News