Pulihkan DAS untuk Pulihkan Indonesia!

Pulihkan DAS untuk Pulihkan Indonesia!
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar. Foto: Humas Kementerian LHK

Kita berdoa semoga tidak akan terjadi bencana lagi, semoga para korban diberiNYA tempat yang sebaik-baiknya, dan kepada keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan untuk tetap tawakal melanjutkan kehidupan.
 
Saudara-Saudara hadirin yang saya hormati... 

Hari ini kita hadir di sini untuk acara Peluncuran Gerakan Nasional Pemulihan DAS.  Ini juga berkaitan dengan kebencanaan dan upaya untuk me-mitigasi-nya. Namun dalam hal ini bencananya ialah yang sebagian besar akibat perilaku manusia terhadap alam, seperti tanah longsor, banjir dan kekeringan. 
 
Bencana-bencana hidrologis tersebut (yang berkaitan dengan air), bertahun-tahun seakan menjadi rutinitas tahunan. Setiap tahun kita mengalami musim banjir dan tanah longsor.  

Setiap tahun juga kita mengalami bencana kekeringan, kelangkaan air. Bencana itu menjadi penyebab jatuhnya korban jiwa, rusaknya infrastruktur, kerugian finansial, dan bahkan menjadi penyebab penurunan kualitas hidup dan kualitas manusia.  

Setiap tahun, kita mengalami kerugian finansial ratusan milyar akibat banjir.

Kekeringan menyebabkan gagal panen yang merugikan petani, menyusahkan hidup masyarakat. Kualitas air yang buruk menurunkan kenyamanan hidup dan bisa berdampak jangka panjang bagi kualitas manusia Indonesia.
 
Bencana hidrologis adalah adalah muara dari rusaknya Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS yang sehat ialah yang mampu menyimpan air sehingga tidak terjadi banjir di musim penghujan, dan mampu menyediakan air di musim kemarau. 

DAS-DAS kita saat ini sebagian tidak mampu menjalankan fungsi hidrologis tersebut. Di saat musim hujan ia tidak mampu menyimpan air menjadikan air tanah dan mata air di musim kemarau. Artinya DAS-DAS kita tidak dalam kondisi sehat.
 
Salah satu wujud rusaknya sebuah DAS ialah rusaknya Daerah Tangkapan Air (DTA)nya atau bagian hulunya. Banyak DAS kita bagian hulunya berupa lahan kritis atau tidak tertutup vegetasi sebagai mana semestinya. 

Agar mampu menyerap dan meyimpan air, DTA sebuah DAS harusnya berupa tutupan vegetasi hutan. Saat ini banyak DAS-DAS kita yang bagian hulunya gundul, atau digunakan untuk kegiatan pertanian semusim. 
 
Solusi atas lahan kritis tentu saja Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) baik melalui upaya revegetasi maupun pembangunan-pembangunan sarana pencegah erosi-sedimentasi. RHL sudah kita lakukan sejak berpuluh-puluh tahun. 

Tetapi, rusaknya DTA masih belum berkurang dan bencana hidrologis tetap terjadi. Memang, ada faktor-faktor lain selain kritisnya DTA yang menjadi penyebab bencana hidrologis, akan tetapi setidaknya apabila DTA sebuah DAS sudah pulih vegetasinya semestinya fungsi DAS lebih membaik.
 
Atas hal ini, Bapak Presiden telah memberikan arahan-arahan yang kemudian kita artikulasikan menjadi butir-butir berikut:
 
RHL harus ditempatkan sebagai bagian dari upaya lebih komprehensif yaitu pemulihan DAS. Dengan demikian, pemulihan kondisi DTA adalah cara (means) untuk mencapai tujuan akhir (goal) yaitu pulihnya fungsi hidrologis DAS. Jadi pulihnya vegetasi DTA bukan tujuan akhir.

Paska rentetan bencana yang melanda Indonesia, baru-baru ini, Menteri LHK Siti Nurbaya meluncurkan Gerakan Nasional Pemulihan DAS (Daerah Aliran Sungai).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News