Purbo Asmoro

Oleh Dahlan Iskan

Purbo Asmoro
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Ayahnya ternyata juga dalang. Baru meninggal 100 hari yang lalu. Sampai usia hampir 80 tahun sang ayah masih mendalang. Khususnya untuk ruwatan.

Kakek Purbo Asmoro pun juga dalang. Pun canggahnya, juga  dalang. Mereka berasal dari desa paling pojok barat Pacitan –guyonnya, sudah dekat dengan Australia Barat.

Sang ayah menyekolahkan Purbo ke Solo. Ke SMA khusus kesenian –jurusan karawitan dan pedalangan.

Lalu kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) di Solo sampai S-1. "Ayah saya ingin anaknya tidak sekadar bisa mendalang, tetapi juga tahu ilmunya," ujar Purbo Asmoro.

Beberapa kali saya telepon Ki Purbo. Yang usianya kini sudah hampir 60 tahun.

Tinggalnya di pinggiran utara kota Solo. Yakni di sebuah rumah dengan halaman luas. Dengan gerbang yang bagus.

Di seberang rumah itu masih ada tanah miliknya. Di situ mobil-mobilnya parkir. Termasuk dua mobil Fiat tahun 1950-an yang mesinnya sudah diganti baru. Rupanya ia penggemar mobil kuno.

Di pekarangan itu juga diparkir 'kendaraan khusus' miliknya –mirip kendaraan di zaman pewayangan: kreto. Yakni kereta seperti yang dimiliki kerajaan-kerajaan masa lalu.

Ki Purbo sadar adegan sesaji itu bisa dikecam kalangan agamawan garis jingga. Maka ia jelaskan: sesajen itu bukan untuk dipersembahkan kepada setan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News