Putri Mentaya, Umur Sehari Hendak Diajak Mudik Naik Kapal

Putri Mentaya, Umur Sehari Hendak Diajak Mudik Naik Kapal
Susi Susilawati menggendong Putri Mentaya di Polsek KPM, Sampit (11/6). Foto: BAHTIAR/Kalteng Pos/JPG

Semua bermula ketika pasangan asal Garut itu berencana mudik ke kampung halaman mereka di Garut, Jawa Barat. Kandungan Susi memang sudah tua. Tapi, bidan memperkirakan bayi baru akan lahir sekitar akhir Juni atau awal Juli.

Karena itu, Budiman yang bekerja di perkebunan sawit berpikir, masih ada waktu membawa sang istri pulang. Agar bisa melahirkan di kampung halaman.

Maka, berangkatlah Budiman, Susi, dan Sukma, salah seorang anak mereka, ke Pelabuhan Sampit pada Minggu lalu (17/6). Susi mengisahkan, awalnya dirinya merasa kandungannya tak bermasalah.

Perjalanan dari kebun sawit tempat suaminya bekerja ke pelabuhan dengan menumpang mobil bermuatan sayur berjalan lancar. Begitu juga halnya ketika beristirahat di depan pintu terminal pelabuhan.

Namun, ketika sang suami hendak membeli tiket KM Leuser, tiba-tiba Susi sakit perut. ”Serasa ingin melahirkan. Sakit banget,” ujarnya ketika ditemui Kalteng Pos di rumah sakit.

Sang suami pun kalang kabut. Bingung. Antara beli tiket atau menolong istrinya. Diputuskan mencari pertolongan ke petugas medis kantor kesehatan pelabuhan. Sejurus kemudian Susi dirujuk ke rumah sakit.

Setelah mendapat pertolongan, akhirnya bayi itu lahir dengan kondisi sehat. Pada pukul 08.00, persis saat KM Leuser bersiap meninggalkan Pelabuhan Sampit. ”Bayi saya kasih nama Putri Mentaya. Sebagai tanda bahwa anak saya lahir di sini (Sampit, Red),” ujar Budiman.

Mentaya adalah nama sungai yang mengaliri Sampit. Sungai yang menjadi sarana transportasi penting di Kotawaringin Timur itu bermuara di Teluk Sampit.

Kisah Putri Mentaya, nyaris lahir di kapal dan hampir dibawa berlayar saat masih berumur sehari, menuju kampung halaman.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News