Rachmat, si Perampok Mantan Majikan Berhasil Dibekuk

Rachmat, si Perampok Mantan Majikan Berhasil Dibekuk
Petugas menunjukkan barang bukti yang berhasil diamankan dari tersangka. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Pelaku Perampokan di Perumahan Prapen Indah pada 19 Oktober lalu berhasil dibekuk oleh petugas kepolisian. Total ada lima tersangka yang diamankan. Dalam penangkapan itu terkuak fakta bahwa komplotan tersebut ternyata tidak baru.

Otak perampokan tersebut adalah Rachmat Tito Ariyanto. Dia merupakan mantan sopir keluarga korban, Reza Teguh. Dia bekerja selama setahun. Tito mengajak rekannya, Anggik Prastiawan, ketika beraksi. Lalu, ada M. Holil, Jazuli, dan M. Holili yang jadi penadah.

Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Leonard Sinambela menyatakan, dari hasil pemeriksaan, Tito diketahui punya dendam pribadi dengan korban. Meski begitu, polisi menyebut itu hanya alasan pelaku. Yang paling menonjol, kata Leonard, motif ekonomi. ''Coba ditanyakan bagaimana perencanaannya. Ini lebih ke arah murni curas,'' ujarnya.

Tersangka tampak lepas saat diminta bercerita. Dia sudah tahu bahwa aksinya suatu saat akan membawanya menginap di hotel prodeo. Tito menuturkan, awalnya dirinya gelap mata saat melihat bus pariwisata yang melintas di dekat rumahnya. Dia tahu bahwa bus tersebut ditumpangi mantan majikannya bersama seluruh karyawannya. ''Setelah rundingan sama Anggik, kami berangkat. Tapi, pokoknya jangan sampai mereka (korban) luka atau celaka,'' tuturnya.

Tengah malam itu mereka melompat ke halaman rumah Reza Teguh lewat pagar belakang. Setelah menyekap sopir dan pembantu, merusak CCTV, mereka lalu membawa lari Innova.

Mereka menuju ke area Bungurasih untuk mencari penadah. Namun, petunjuk yang didapat malah harus menuntunnya ke Aloha, Sidoarjo. Anggik mengontak rekannya, Holil. Kemudian, ada penawar bernama Jazuli. Mobil dijual Rp 20 juta. Lalu, barang curian itu dilempar lagi ke orang lain. Holili membelinya dari Jazuli seharga Rp 35 juta. Mobil lantas dikendarai sendiri menuju Probolinggo. ''Nah, di sini si mobil ini ganti baju,'' ungkap Leonard.

STNK dan pelat nopol asli dibuang. Pelat nopol palsu berkode Bali, DK, dipasang. Tampaknya, orang Bali yang bernama Arif berani membeli mobil itu Rp 41 juta pada 22 Oktober lalu. Saat bertransaksi, Holili menyebut seluruh kelengkapan surat bakal dikirim. ''Ngakunya mobil kredit macet,'' jelasnya. (mir/c15/ano)


Mobil dijual Rp 20 juta. Lalu, barang curian itu dilempar lagi ke orang lain. Holili membelinya dari Jazuli seharga Rp 35 juta


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News