Radikal LaVani

Oleh Dahlan Iskan

 Radikal LaVani
Dahlan Iskan dan Presiden Keenam RI Sudilo Bambang Yudhoyono. Foto: disway.id

Lalu saya tinggalkan HP di teras. Kemudian diajak duduk di meja rapat --di ruang depan.

Ruang itu tidak asing bagi saya. Sudah sering saya diterima beliau di situ. Dulu. Saat masih menjadi sesuatu.

"Nyuwun duko," kata saya lagi --setelah duduk di kursi.

Kami hanya berdua. Sunyi.

Di luar rumah cuaca dingin. Hujan baru reda. Waktu berjalan dari pendopo ke kediaman ini pun beberapa tetes hujan masih tersisa.

"Kami kaget Bu Ani meninggal begitu cepat. Mungkinkah tim dokter terlalu agresif?" celetuk saya.

Pak SBY terdiam agak lama. Lalu menarik nafas panjang.

"Tidak juga, Pak Dahlan," katanya lirih. "Semua sudah sesuai dengan protokol penanganan kanker darah," ujar beliau.

Saya melihat Pak SBY masih begitu sedih. Wajahnya masih penuh duka. Pun setelah lima bulan berlalu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News