Raja Tempe Maling Hati untuk Tamunya

Oleh Dahlan Iskan

Raja Tempe Maling Hati untuk Tamunya
Rustono, pembuat tempe di Jepang bersama istrinya di Kyoto. Foto: disway.id

”Tiba-tiba dia menyatakan I love you,” ujar Rustono.

Itulah hari terakhir sang tamu berada di Jogja. Keesokan harinya harus kembali ke Jepang.

”Bagaimana ini,” ujar Rustono meresponsnya. ”Hari ini bilang cinta, besok pulang ke Jepang,” tambahnya.

”Jangan khawatir. Saya akan segera kembali lagi,” ujar sang tamu.

Rustono saat itu di usia yang sama: 29 tahun. ”Saya lebih tua beberapa hari. Dia 5 Oktober. Saya 2 Oktober,” ujar Rustono.

Cinta dilanjutkan lewat kata-kata. Lewat tilpon. Sang tamu yang terus meneleponnya. Sampai Rustono sungkan. Mahal. Minta agar jangan lewat tilpon. Pakai surat saja.

Begitulah Rustono sering mengiriminya kartu pos. Dengan gambar lokasi-lokasi yang pernah didatangi pacarnya itu.

Sang tamu memang terikat tanggal yang ada di tiket. Harus pulang. Dia datang ke Jogja karena mampir.

Rustono bekerja di Hotel Sahid Jogja. Dia selalu mimpi: meningkatkan derajatnya. Bisa kawin dengan salah satu tamunya. Atau anak tamu hotelnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News