Rakyat Bali Diminta Jangan Ragu dengan Revitalisasi Teluk Benoa

Rakyat Bali Diminta Jangan Ragu dengan Revitalisasi Teluk Benoa
ILUSTRASI. FOTO: Timor Express/JPNN.com

jpnn.com - DENPASAR – Ribuan umat Hindu Bali hari ini menggelar sembahyang di Pura Besakih, Bali. Sembahyang tersebut, selain memohon restu dari Sang Hyang Widhi Wasa agar proses revitalisasi Teluk Benoa berjalan lancar dan damai, juga dimaksudkan untuk menjawab sebagian kecil masyarakat Bali yang meragukan proyek tersebut.

“Masih ada beberapa masyarakat yang meragukan proyek revitalisasi Teluk Benoa ini akan merusak alam. Padahal kami sudah ada perjanjian dengan Yayasan Tri Hita Karana. Revitalisasi Teluk Benoa akan dijalankan sesuai filosofi Tri Hitw Karana.  Untuk menjawab sejumlah keraguan itu, kami memilih bersembahyang di Pura Besakih. Ini Pura terbesar dan pusat kegiatan umat Hindu di Bali,” ujar Direktur Utama PT TWBI, Heru Dharsono selaku pengembang yang akan melakukan revitalisasi Teluk Benoa, Senin (22/2) di Pura Besakih, Bali.

“Ini ritual formal yang kami lakukan untuk menunjukkan niat baik kami melakukan revitalisasi Teluk Benoa. Kami percaya, Pura Besakih ini sangat sakral.”

Sebaliknya Heru justru mengajak pihak yang menolak revitalisasi Teluk Benoa untuk bersama-sama sembahyang di Pura Besakih. 

“Mari sama-sama kita bermohon pada Sang Hyang Widhi Wasa agar revitalisasi berjalan damai,” katanya.

Peserta sembahyang terdiri dari pemuka agama dan tokoh masyarakat yang datang dari berbagai penjuru di Bali. 

Pura Besakih merupakan Pura terbesar di Bali dan menjadi pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, merupakan tempat pertama kali diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya.(fri/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News