Ramadan Menggerakkan Kebersamaan

 Ramadan Menggerakkan Kebersamaan
JELANG RAMADAN : Menyambut datangnya bulan ramadan, warga Manyar menggelar Kirab Tumpeng Tanjang. Foto Yudhi/Radar Gresik/JPNN.com

Pernyataan yang direkam, dikemas menjadi tayangan video dan diupload di media social itu seperti sedang menegaskan bahwa umat Islam, baik dari Negara berkembang maupun Negara maju meyakini kehadiran Ramadlan merupakan sebuah anugerah sehingga pantas untuk disambut dan dirayakan.

Ini merupakan salah satu cara, di samping cara-cara lain yang bisa digunakan oleh umat Islam untuk menyapa Ramadan, seperti pemasangan spanduk di kantor-kantor, di jalan raya, penyediaan ruang di media massa cetak maupun elektronik dan lainnya.

Ramadan dengan ajaran puasa yang harus ditunaikan di dalamnya, menghadirkan energi yang menggerakkan umat Islam untuk mengendalikan diri. Umat Islam seluruh dunia beraktifitas antara lain atas dasar dan dorongan nilai-nilai inti ajaran puasa.

Dalam kondisi tanpa memperoleh asupan makanan dan minuman di siang hari, mereka melakukan berbagai aktifitas positif pada waktu siang dan malam. Umat Islam rela merubah jadwal kegiatan sehari-hari demi mengisi detik demi detik selama bulan Ramadan, sebagai salah satu wujud dari kemampuan pengendalian diri dan emosinya.

Umat Islam seperti kehilangan nalarnya dengan meyakini bahwa tahun depan mungkin sudah tidak dapat menemukan kembali bulan Ramadan. Oleh karena itu, mereka merasa bahwa saat ini tahun terakhir bertemu dengan Ramadan sehingga mereka mengerahkan seluruh energinya untuk tidak mengisi Ramadan dengan perbuatan dan aktifitas yang sia-sia.

Energi Ramadan telah berpengaruh dengan cukup kuat terhadap umat Islam yang mentaati ajaran Islam dalam berkeyakinan dan berperilaku.

Di Indonesia, energi Ramadan juga dapat menggerakkan kebersamaan di ruang-ruang publik. Menurut bahasa agama, Ramadan bukan hanya memberi keberkahan kepada umat Islam semata, akan tetapi juga bagi mereka yang memanfaatkannya untuk kepentingan mereka masing-masing.

Misalnya, dunia bisnis memanfaatkan ruang public selama Ramadlan untuk menarik minat konsumen dengan berbagai cara agar sebanyak-banyaknya konsumen berbelanja di swalayan mereka.

Satu-satunya “waktu” yang dianggap seperti “makhluk hidup” yang dirindukan kehadirannya oleh umat Islam barangkali hanyalah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News