Ramadan, Pengamat Minta Akhiri Kampanye Hitam

Ramadan, Pengamat Minta Akhiri Kampanye Hitam
Ramadan, Pengamat Minta Akhiri Kampanye Hitam

jpnn.com - JAKARTA - Hingga kini, kampanye hitam masih terus berlangsung, bahkan mendominasi wacana Pilpres 2014. Kampanye yang seharusnya mengedepankan gagasan untuk menyelesaikan masalah bangsa ini justru bergeser menjadi perang fitnah.

Menurut peneliti senior Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo, hal ini desebabkan semakin pudarnya nilai-nilai demokrasi yang bersumber dari budaya luhur bangsa Indonesia. Demokrasi berdasarkan musyawarah telah bergeser ke arah demokrasi liberal yang mengedepankan semangat individualisme.
    
"Karenanya, praktik politik di negeri ini telah mengabaikan etika politik. Nafsu kekuasaan yang berlebihan telah mendorong banyaknya kampanye hitam," katanya, kepada INDOPOS (Grup JPNN.com), Jumat (27/6).
    
Dalam pertarungan pilpres, ucapnya, memang tidak bisa menghindari perang isu dan opini tetapi harus tetap mengedepankan aturan dan etika.
 
Celakanya, terkait dengan kampanye hitam baik aparat maupun penyelenggara pemilu sangat lamban penanganannya. Karenanya publik menilai seolah ada pembiaran.
    
"Oleh karena itu, di bulan Ramadhan ini, semua tim pasangan capres jangan lagi mengobarkan kampanye yang bisa menimbulkan konflik yang akhirnya bisa mengganggu kesucian ibadah puasa. Dalam bulan suci ini, seleruh energi tim capres hendaknya mengedepankan model kampanye putih, seperti halnya kegiatan yg mendidik masyarakat, kegiatan religius dan adu gagasan untuk kebaikan umat," katanya.
    
"Bulan suci ramadhan merupakan momentum untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan, bukan untuk mengumbar kampanye fitnah," pungkasnya.
    
Hal senada juga diungkapkan oleh pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia Ari Junaedi. Menurutnya, Pilpres 2014 ini banyak yang tidak mendidik masyarakat. Bahkan, jelang pencoblosan, tensi politik semakin meninggi.  Serangkaian kampanyesudah tidak lagi hitam atau fitnah, tetapi  terbilang "kotor" dan seronok yang tak layak dilihat dan didengar oleh publik.
    
“Kampanye pilpres kali ini sangat brutal dan jauh dari norma-norma demokrasi yang beradab. Kampanye yang dilancarkan oleh para pendukung pasangan capres saat ini hilangnya akal sehat dari pihak-pihak yang ingin menang tapi menghalakan segala cara,"ucap Ari, kemarin (27/6).
    
Menurut dosen S2 di Universitas Diponegoro ini, datangnya bulan Ramadhan jelang pilpres merupakan sebuah berkah tersendiri guna meredam terjadinya potensi gesekan fisik antar pendukung capres-cawapres. Intimidasi terhadap pemilih juga masih massif dilakukan oleh pihak-pihak yang jelas-jelas harus bersikap netral.
    
“Saya sangat menyanyangkan juga kepala daerah yang terang-terangan mendukung capres tertentu bahkan memerintahkan bawahannya untuk memilih capres-cawapres tertentu.  Pemanfaatan fasilitas negara jelas-jelas dipakai untuk kampanye. Semoga datangnya bulan Puasa ini menjadikan semua pihak untuk kembali menyadari hakekat kekuasaan. Kekuasaan bukan segalanya. Yang lebih utama adalah bisa memegang amanah rakyat," seru Ari Junaedi. (jpnn)


JAKARTA - Hingga kini, kampanye hitam masih terus berlangsung, bahkan mendominasi wacana Pilpres 2014. Kampanye yang seharusnya mengedepankan gagasan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News