RCEP Mendorong Industri Menjadi Mata Rantai Pasok Dunia
jpnn.com, JAKARTA -
Perjanjian perdagangan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) memberikan sejumlah keuntungan bagi Indonesia.
Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri mengatakan, keuntungan yang harus dimanfaatkan Indonesia dengan disahkannya RCEP ialah lebih terintegrasi dalam ekonomi global dan regional, termasuk pada mata rantai pasok dunia atau global value chain.
“Export is good, import is bad tidak lagi menjadi hal yang tepat karena ekspor yang berdaya saing membutuhkan impor yang berkualitas,” kata dia dalam webinar bertajuk Stimulus Covid-19 dan RCEP: Pemacu Pemulihan Ekonomi Indonesia dan Dunia 2021-2022 yang diselenggarakan Universitas Prasetiya Mulya, Ikaprama dan Katadata, Rabu (20/1).
Dia menambahkan, hal itu juga akan berkontribusi dalam pemulihan ekonomi pascakrisis dan pandemi.
“Harus ada nilai tambah dari global value chain,” ujarnya.
Yose menjelaskan, terintegrasi dalam mata rantai pasok dunia artinya lebih banyak menggunakan impor untuk pengembangan sektor industri. Menurut dia, backward value added (BVA) Indonesia masih rendah dibandingkan forward value added (FVA).
BVA adalah persentase ekspor yang merupakan input dari impor, sedangkan FVA merupakan persentase ekspor yang menjadi input negara lain.
Perjanjian perdagangan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) memberikan sejumlah keuntungan bagi Indonesia.
- ICS Compute Tawarkan Solusi AI Efektif & Aman Bagi Developer Lokal
- Vietnam: Mengimpor Barang dari Uni Emirat Arab Rawan Penipuan
- Cermati Perkembangan Global, BRI Lebih Fokus ke Tantangan Domestik Melalui Pemberdayaan UMKM
- 3 Tantangan Pemerintah Setelah Suku Bunga Acuan BI Naik, Wajib Bersiap!
- Catatan Lengkap Kenaikan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Terbaru
- Hannover Messe 2024, Dirut Pertamina Tegaskan Target 25 Persen Pemimpin Perempuan