Rektor

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Rektor
Ilustrasi UI. Foto: Universitas Indonesia

jpnn.com - Buruk muka kaca dibelah. Tak pandai menari lantai dibilang berjungkit.

Dua ungkapan itu adalah peribahasa untuk menggambarkan seseorang yang menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dia lakukan sendiri.

Ketika becermin dan mendapati mukanya buruk, kaca yang disalahkan, lalu dipecah.

Ketika ia tidak bisa menari, ia menyalahkan lantai yang berjungkit tidak rata.

Itu budaya khas bangsa Indonesia yang menunjukkan jeleknya tabiat kita. Tidak mau mengakui kesalahan, dan malah melempar kesalahan kepada orang lain.

Itulah salah satu tabiat buruk yang banyak dilakukan manusia Indonesia.

Ungkapan itu barangkali tepat diarahkan kepada Rektor Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro, PhD, yang sekarang tengah banyak disorot.

Ia dianggap melanggar statuta, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga kampus.

Lebih baik mati menghirup gas beracun, daripada kebebasannya mati karena menghirup racun kekuasaan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News