Rektor Universitas Matana: Butuh Respons Cepat Hadapi Revolusi Industri 4.0

Rektor Universitas Matana: Butuh Respons Cepat Hadapi Revolusi Industri 4.0
Rektor Universitas Matana Arry Basuseno menyerahkan cendera mata kepada Ketua NU Said Aqil Siradj. Foto: Istimewa

jpnn.com, TANGERANG - Universitas Matana terus mempersiapkan para mahasiswanya agar terbiasa untuk melakukan penelitian yang nantinya menjadi bagian dari budaya pendidikan di Indonesia.

Hal itu terungkap dalam Seminar dan Lokakarya Kualitatif Indonesia (SLKI) 2019 bertema Pengembangan Budaya Penelitian Menuju Indonesia 4.0 pada 19-20 Maret 2019.

Seminar itu merupakan buah kerja sama Universitas Matana dengan dengan Dewan Pengurus Pusat Indonesian Qualitative Researcher Association (DPP IQRA).

SLKI 2019 adalah kegiatan yang mempertemukan para peneliti berbasis kualitatif dari seluruh institusi pendidikan tinggi serta lembaga penelitian pemerintah dan independen dari seluruh Indonesia.

“Tantangan Revolusi Industri 4.0 harus direspons secara cepat dan tepat oleh seluruh pemangku elite dunia pada 2030,” kata Rektor Universitas Matana Arry Basuseno, Selasa (18/3).

Arry menambahkan, pihaknya ingin menjadikan Universitas Matana sebagai kampus yang membuat penelitian sebagai budaya.

Tidak hanya bagi mahasiswa, tetapi juga seluruh civitas akademisi dan praktisi.

“Kami juga berharap ketika para mahasiswa sudah memiliki budaya untuk melakukan penelitian, mereka dapat merespons kebutuhan untuk mencapai Revolusi Industri 4.0 di Indonesia dengan tepat,” imbuh Arry.

Universitas Matana terus mempersiapkan para mahasiswanya agar terbiasa untuk melakukan penelitian yang nantinya menjadi bagian dari budaya pendidikan di Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News