Rela Kurangi Jatah Makan Demi Sekolah Anak

Rela Kurangi Jatah Makan Demi Sekolah Anak
Robinson bersama istri berdiri di depan kediamannya, belum lama ini. Foto: Thori/Padang Ekspres/JPNN.com

“Tak apa capek sedikit, demi kemajuan pendidikan anak-anak,” ucapnya.

Robinson bercerita, demi kemajuan pendidikan anak- anaknya, ia harus bisa melakukan penghematan. Jika penghasilannya lagi banyak, maka anaknya bisa makan tiga kali sehari. Namun, jika pendapatannya sedikit, maka ia harus mengurangi jatah makan bagi anak- anaknya.

Robinson melanjutkan ceritanya. Rata-rata penghasilan per harinya sekitar Rp 60 ribu. Dengan penghasilan tersebut, ia membiayai pendidikan anaknya Muhammad Naim Tanjung di SMK Harapan Bangsa Panti, anaknya Nurul Azkia di SDN 17 Kauman.

"Dengan kondisi yang pas-pasan, hampir 17 tahun lamanya saya tidak sanggup untuk membangun rumah meskipun rumah saya sering bocor ketika hujan datang," kata Robinson saat ditemui Padang Ekspres (Jawa Pos Group) di rumahnya sembari mengatakan anak ketiganya masih berusia 3 tahun.

Kata Robinson, rumahnya sering disambangi pemerintah untuk survei bantuan rumah layak huni. Namun hingga kini bantuan yang dijanjikan tersebut tak pernah terealisasi.

"Saya tidak percaya lagi, pada harapan dan iming-iming dari pemerintah maupun pihak nagari. Saya lebih yakin dengan usaha saya sendiri," ungkapnya.

Robinson mengaku sudah tiga kali hendak mendapatkan bantuan bedah rumah. Namun, hingga kini belum berhasil, meskipun pihak jorong sudah pernah meminta data pribadinya.

"Selain jorong, wali nagari juga sudah pernah meminta data beserta syarat-syarat untuk mendapatkan bantuan rumah layak huni, namun hampir 5 tahun belum pernah terkabulkan," katanya.

JPNN.com - Robinson Tanjung, warga Kauman Selatan, Nagari Tanjungbetung, Kecamatan Rao, Pasaman, Sumbar, tak ingin mewariskan kemiskinan yang dialami

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News